Sunday, December 24, 2006

Hari Ibu ke-78

TERIMA KASIH IBU

Peringatan Hari Ibu Ke-78
KBRI Buenos Aires, 22 Desember 2006

" Kasih Ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa,…..

Hanya memberi, tak harap kembali,

Bagai Sang Surya menyinari dunia….”

Penggalan lagu tersebut tentu mengingatkan kita pada sosok seseorang yang paling kita cintai yaitu “IBU"
Ibu adalah seorang wanita mulia yang mengandung, melahirkan dan yang membesarkan kita.

Jasanya tak terhingga sepanjang masa, kasih sayangnya tak pernah untuk dipinjamkan , malah seratus persen dia berikan dan tak pernah mengharap untuk dikembalikan oleh kita…..

Tanggal 22 desember 2006, KBRI Buenos Aires telah memperingati Hari IBU ke-78 dengan tema : “ Dengan semangat hari Ibu ke-78, kita Budayakan Kesetaraan dan Keadilan Gender ”. dalam upacara tersebut telah diutarakan Sejarah Hari Ibu, dimulai dari berkumpulnya para pemuda yang kemudian dikenal dengan “Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan digelarnya Kongres Kaum Perempuan ke-1, pada tanggal 22 Desember 1928”.

Dalam kutipan sambutannya, Bapak Dubes LBBP RI Sunten Z. Manurung selaku Pembina Upacara menyampaikan penghargaannya atas jasa kaum perempuan Indonesia yang telah ikut berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Beliau juga menegaskan bahwa Hari Ibu di Indonesia berbeda dengan hari ibu di negara-negara lain, karena peringatan Hari Ibu di Indonesia diperingati bukan hanya sebagai ibu, melainkan Juga sebagai isteri, pejuang kemerdekaan, warga masyarakat, warga bangsa, dan abdi Tuhan. Dan yang lebih penting adalah bagaimana seorang Ibu menjadi tokoh keluarga yang berhasil mendidik anak-anaknya dengan baik.

ditekankan pula arti penting upaya bersama pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam membudayakan kesetaraan gender di Indonesia, dimana kondisi wanita Indonesia saat ini dinilai sudah cukup baik dibandingkan kaum perempuan di negara lain, karena kaum perempuan Indonesia telah diakui mempunyai hak yang setara di depan hukum. Namun yang perlu ditingkatkan lagi adalah kesetaraan kesempatan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan dan lapangan pekerjaan.

Dalam kesempatan tersebut, Bapak Dubes Sunten Z. Manurung memberikan wejangan khusus kepada para staff KBRI, khususnya untuk staf wanita yang berkarir dan berkarya di lingkungan KBRI, baik itu sebagai wanita diplomat (home staff) atau wanita karir lainnya (local staff) untuk tetap memilihara harmoni dalam keluarga, juga dalam rumah tangga. Saling asih, saling asah dan saling asuh. Kodrat seorang ibu jangan sampai terlupakan yaitu tetap menjaga dan menyelamatkan putra-putri ibu, yang telah dilahirkan sejak dalam kandungan. Perjuangan belum selesai hanya sampai disitu, tetapi seorang ibu harus terus menerus memberi perhatian kepada anak-anak meskipun sesibuk apapun….”

Dalam mengakhiri sambutannya, Bapak Dubes mengajak seluruh peserta upacara untuk sejenak merenungkan semua pengorbanan, pengabdian dan perjuangan seorang IBU masing-masing dari kita terlahir sampai kita berada saat ini,…….

Tak terasa,…genang air mata bertumpuk di pelupuk mata

Kutahan sekuat hati, agar tak jatuh sia-sia mengganggu khusuk doaku

Tarima kasih Ibu,..

Betapa besar jasa dan abdimu untuk anakmu

Tuhan,….ampunilah dosa dan sayangilah selalu IBU-ku

Aku yakin dan percaya ,..

Kau adalah segalanya bagiku…....”IBU”……

Pikiran hatiku semakin dalam dan kuteringat bait-bait lagu nostalgia IBU, sbb :

Dengarkanlah ibu,..

Kudendangkan lagu

Laguku untukmu….untuk ibu

Kitab ditanganku,

Nada dihatiku,

Kunyanyikan lagu,…untuk ibu

Meski umurmu lanjut kini

Doa ibu tetap ku nanti

Dan nyala cinta mu sampai di akhir nanti,….

( tiba-tiba aku terjaga dari hikmatnya upacara…, komandan upacara berkumandang lantang :…Balik Kanan ..Bubar…Jalan..Grak..! )

Cepat-cepat aku berbalik…dan bubar, namun doa dan harapan ku tetap kupegang erat , tak kan kulepas, kan kubacakan disetiap sembahyang dan doaku,….amin.-

Diceritakan Oleh :

- Y t m -


2 Comments:

At December 25, 2006 , Anonymous Anonymous said...

Ngomong ngomong sekarang kita sadar arti sebuah kata: Perempuan, Wanita, Ibu ... satu sama lain saling menunjang sebagai pendamping laki - laki, pria dan bapak.

Akhiran cerita bikin saya ketawa terpingkel pingkel ..... hanya saja, istilah "komandan upacara" cenderung berubah menjadi "pemimpin upacara" kecuali kalau yang bersangkutan bukan sipil...( sekedar bercanda ).....

 
At December 27, 2006 , Blogger DWP KBRI Buenos Aires said...

Terimakasih Pak Rahmadi dengan komentarnya, saya tunggu sumbangan artikelnya.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home