Wednesday, January 10, 2007

Hikayat Bunga Kemuning

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki tujuh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.

Había una vez un Rey que tenía siete hijas bonitas. El Rey fue conocido como un Rey muy prudente. Como el Rey siempre estaba muy ocupado no era posible para educar a sus hijas. Su esposa había fallecido cuando trajo al mundo a su última hija y por eso las hijas fueron educadas por una ayudante en el palacio. Las hijas eran muy mimadas, a ellas siempre les gustaba jugar en un lago y no querían estudiar ni ayudar a su papá. Muchas veces se peleaban entre ellas.

Ketujuh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bepergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

El Rey a sus hijas les dio nombres de colores. La más grande de ellas se llamaba Princesa Rosa. Las siguientes de sus hijas se llamaban Princesa Violeta, Princesa Verde, Princesa Gris, Princesa Naranja, Princesa Roja y Princesa Amarilla. Los vestidos que ellas usaban iban acorde con sus nombres. Si bien el Rey era un poco viejo pudo conocerlas desde lejos. Aunque todas ellas eran muy bellas, la Princesa Amarilla tenía especiales características. Ella no se veía mimada pero siempre se portaba bien y también estaba siempre feliz. A todas las personas que ella encontraba siempre les sonreía. Por otro lado, ella prefería salir con su ayudante más que sus hermanas.

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau," kata Puteri Jingga. 6 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakak-kakaknya tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi.

Un día el Rey tenía que ir muy lejos, esto significaba un largo viaje. El hizo una reunión familiar y les pregunto a sus hijas que querían de regalo para cuando volviera. Una de ellas quería joyas caras, la otra quiso telas brillantes. En general las sies hijas prefirieron cosas especiales, mientras que la Princesa Amarilla solamente quiso que su papá regresara con buena salud. Esto provocó mucha risa de sus hermanas. Pero el Rey apreció mucho lo que dijo y aseguró que iba a regresar con un regalo bonito para ella.

Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya.

Durante la salida del Rey, las princesas tuvieron problemas de conducta. Por ejemplo no ayudaban a ordenar las cosas del palacio, decían malas palabras a la ayudante y hacían que ésta haga lo que ellas quisieran. Por esta razón la ayudante no pudo limpiar el jardín del palacio. La Princesa Amarilla estaba muy triste porque el jardín era un lugar muy querido de su papa, el Rey. Sin duda, y aunque la ayudante no le permitía ayudar, a la Princesa Amarilla sin importarle tomaba la escoba y empezaba a limpiar las hojas secas que había en el jardín.

Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.

Las hermanas al verla barrer a la Princesa Amarilla, se reían fuertemente y decían que ya tenían una nueva ayudante. “Ayudante, acá hay muchas cosas para limpiar”, dijo una de sus hermanas tirando un trozo de basura. De esta forma, el jardín nunca podía estar limpio. La Princesa Amarilla, al escuchar las palabras que decían sus Hermanas, mantuvo la calma y continuó con su tarea.

Esto paso muchas veces hasta que la Princesa Amarilla pudo comprender lo que sentia la ayudante cuando sus hermanas se burlaban de ella.

"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!" kata sang raja.

“Ustedes están yendo muy lejos… Papá no debería traerles nada porque siempre están molestando a la ayudante” dijo la Princesa Amarilla enojada. La Princesa Violeta sin interés respondió.….”Listo, nos vamos al bañar en el lago” dejándola sola a la Princesa Amarilla. Asi pasaron los días hasta que llego el Rey. Cuando llego el Rey, las nueve princesas estaban bañándose en el lago mientras que la Princesa Amarilla estaba arreglando las flores. El Rey le dijo a la Princesa Amarilla…. “Querida hija, no pude traerte un collar con piedra de color amarillo como a ti te gusta pero pude traerte una de color verde….espero que te guste.”

Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah," ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat the, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.

El Rey estuvo buscando un collar con piedra de color amarillo en todo el país, pero no lo encontró. La Princesa Amarilla dijo a su papá que no se preocupara, porque la piedra verde es también bonita y aclaró ”Mira, esto queda muy bonito con mi vestido amarillo. Además, lo más importante para mi era que tú regresaras. Yo voy a hacer el té caliente como a ti te gusta. Mientras la Princesa Amarilla estaba haciendo el té las hermanas llegaron. De pronto ellas buscaban sus regalos sin importar el regalo de la Princesa Amarilla. Al día siguiente la Princesa Verde encontró a la Princesa Amarilla y le dijo celosamente ”querida hermanita que lindo collar tienes! Pero esto quedaría mejor en mi vestido verde“.

Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal. "Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.

Papá me lo dio a mi, no a ti” respondió la Princesa Amarilla. Al escuchar esto, la Princesa Verde se enojó y se dirigió directamente a buscar a sus hermanas para hablar mal de ella y dijo que la Princesa Amarilla sacó el collar que tenía piedra verde del saco del papá. Vamos a enseñar a ella para que se porte bien. Entonces ellas tenían pensado sacarle el collar. Un rato después, cuando apareció la Princesa Amarilla sus hermanas le dieron un golpe fuerte, que sin intención de lastimarla, mató a la Princesa. ….Inmediatamente las hermanas tuvieron que pensar como eliminar su cuerpo sin dejar rastros, es por ello que decidieron enterrarla, junto con el collar verde, en el jardín favorito de su papá.

Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.

Cuando el Rey buscaba a la Princesa Amarilla, nadie pudo decir en donde estaba. Las hermanas estaban calladas y el Rey muy enojado dijo “Busquen a los soldados y que la encuentren!” Pasaron días, semanas, meses y nadie pudo encontrarla. El trabajo de los soldados no dio resultado. El Rey estaba muy triste y dijo asimismo que era un padre muy malo…y por eso que mandó a sus hijas a otro lugar, fuera del palacio, para aprender más sobre la vida. El Rey al estar solo en el palacio y sin su hija la Princesa Amarilla se sentía solo y muy triste.

Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

Un día en el jardín del palacio una planta muy atractiva creció. Tanta era su belleza que hizo que el Rey se acercara a verla. Al hacerlo pudo ver que sus ramitas como la capa de su hija la Princesa Amarilla tenían la misma forma, a su vez las hojas eran redondas tal como la piedra verde del collar que su padre le regaló. Tambien las flores de color blanco y amarillo eran muy aromáticas. Esta planta le trajo recuerdos al Rey de su hija. Por esta razon, el Rey decidió llamarla “KEMUNING”, que quiere decir en idioma indonesia pintado de color amarillo.

Luego de observar la planta el Rey se sintió aliviado y feliz, porque esta planta no solo traía buenos recuerdos sino que su flor podía servir como perfume para el pelo, con sus ramas se podía hacer bonitas cajas y con la piel del mismo se usaba para hacer polvo de maquillaje. Esta flor hoy en día es muy conocida por su gran utilidad. Aunque la Princesa Amarilla ya no esté, su buena imagen siempre vive en la vida de su padre y de nosotros.

Moralidad : Cuando una semilla es buena y crece ante cualquier obstaculo la fruta siempre sera muy util.

Copyright© PT Bangun Satya Wacana (Gramacom) 2005
dan di terjemahkan ke bahasa Spanyol Oleh Ibu Nindarsari Utomo dan Sdr Santiago

3 Comments:

At November 28, 2016 , Blogger Unknown said...

Baltimore Ravens head coach Nike Air Max 90 John Harbaugh nfl jerseys store was once accused of not knowing NFL rules. Not louboutin outlet sure we can argue that after Sunday’s victory — Nike Air Max 2015 Shoes and how christian louboutin uk the Ravens won — wholesale nfl jerseys over the Cincinnati Bengals.

The Ravens led 19-12 over the Bengals and with NFL Jerseys 11 seconds left on fourth down from their own 23-yard line. Harbaugh, the christian louboutin shoes former special-teams coordinator, wanted Nike Free Run to make sure Nike Roshe Run there would not be a blocked punt or a long punt return by the cheap nfl jerseys Bengals — and he took advantage of a rule to prevent that from happening.

 
At November 08, 2018 , Blogger zzyytt said...

nike air vapormax
curry 5
reebok outlet
lebron 16
golden goose mid star
cheap nhl jerseys
nike flyknit trainer
balenciaga speed
hermes outlet online
jimmy choo shoes

 
At December 11, 2018 , Blogger Unknown said...

off white nike
jordan 4
birkin bag
ferragamo sale
adidas flux
yeezy shoes
adidas gazelle
jordans
curry shoes
jordan shoes

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home