Saturday, April 21, 2007

Puisi " Kala Angka Harus Menjadi Ukuran"

(untuk Pak Rahmadi Utomo)

Aku terhenyak setengah bersimpuh
larut dalam nuansa irama pagi begitu hening
letihku lantunkan dalam nafas sedikit menggemuruh
waktu kumengerti telaga hidup sang pencipta senantiasa bening

Seraya mulai kumaklumi dunia fana
terus memaksaku untuk menjadi terbiasa
bergelut dan bergelimang dalam fatamorgana
wujudkan niscaya terbalut dalam bilangan angka

Sepuluh, seratus atau mungkin seribu
adalah jumlah yang lumrah bagi setiap tetes keringatku
atau bentang laut tak berujung membiru
tidak pernah berhenti disitu

Calvin Klein, Christian Dior, Pierre Cardin, Mount Blanc
rapih berjajar tersusun diam dalam lemari
American Grill, tepanyaki, Cesar Salad, terriyaki,
penghuni perut yang semakin wajar hilang rasa

Sekali, dua kali, bahkan mungkin puluhan kali
sempat kunikmati kilau anggun kepak sayap burung besi
desing halus mesin dan senyum menawan pramugari
ketika di tempat lain beratus orang berhimpit di gerbong kereta api

Kala angka harus menjadi ukuran
dan setiap fakta adalah bilangan
membuatku terperangkap dalam lingkaran
menunggu, mencari, berlari semata mengejar setiap hitungan

Seminggu, sebulan, tidak jarang bertahun
ranting pohon halamanku patah berganti tunas muda
bersama tujuh warna di lengkung bianglala
yang menyambutku dalam riang kadang juga nestapa

Garis lurus ribuan kilometer bentang jarak
menautkan setiap kota yang pernah kupijak
hiruk pikuk Mexico, suramnya Cuba, bahkan angkuhnya Argentina
tak kuasa kurengkuh dalam genggam sebelah telapak

Atau ketika malam dan pagi hampir tak berbeda bagi rekan sejawat
menyusun angka dari mesin hitung yang semakin keras mendengung
dalam timbunan berkas bagaikan gunung
aku hanyalah manusia biasa

Namun kerap kali aku termangu
waktu sekelumit tanya hadir dalam kalbu
berapa jauh rasa sayang dan kasihMU
tiada kuasa sebuah jawabpun tersedia

Ya Allahu Rabbi penguasa langit dan bumi
telah banyak langkah hingga ku disini
bisikan kini tentang cara Mu yang selalu terpuji
agar lapang hati sanubari, setiap kuterima rahmat Mu ya Illahi

Biarkan raguku tiada sanggup yakinku dalam tawakal
diujung penilaian hasil akhir segenap daya akal
indah nian sebuah pesona
diantara sekian lagi yang masih tersembunyi

Dan lidahku kini tak pernah kelu
untuk tetap dan terus menyeru
syair puji syukur dari dunia yang harus kuraba
tentang begitu banyak manis dan nikmat karunia Nya

Tanpa harus kuhitung....


April 2007

dari . Bpk Alamsyah

Av. Libertador 2349

hibiscus02.gif

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home