Tuesday, February 06, 2007

Batik Merupakan Bahasa yang Universal

Dengan tenang tetapi mantap, Nora Agres menorehkan mata canting di atas kain katun yang disiapkan di hadapan para peminat seni batik di Argentina. Kegiatan membatik di hadapan pengunjung, sudah berkali-kali dilakukan pembatik asal Argentina ini, yang mulai menekuni batik sekitar tiga puluh lima tahun yang lalu, dengan bantuan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Buenos Aires. Diawali dengan belajar seni lukis di Instituto Superior de Arte, Argentina lima tahun sebelumnya, dilanjutkan dengan bantuan karier sebagai dosen dengan cara membandingkan berbagai teknik lukis, sampai dia menemukan seni lukis dari Indonesia.

Baginya, dibanding dengan teknik lukis lainnya, batik mempunyai banyak kelebihan, karena adanya proses "cuci" kain yang telah di lukis dengan lilin akan mentransformasikan warna awal menjadi warna baru. Di samping itu, penggunaan canting untuk menorehkan lilin, menghasilkan bentuk maupun baris yang tak terhingga variasinya. Sejak itu, dalam perjalanan waktu, Nora Agres mempromosikan batik pada khalayak di ibukota Buenos Aires, maupun berbagai propinsi di Argentina. Ia telah meyakinkan para pemerhati batik, bahwa kegiatan tersebut tidak memerlukan ruang khusus, karena di dapur rumah sendiri pun kita dapat mengerjakannya. Yang penting, adalah mencintai seni membatik, kemudian kreativitas akan berkembang dengan sendirinya. Misalnya, ia sendiri lebih mengarahkan seni batiknya pada gaya lukis kontemporer.

Dengan kecintaan pada seni batik, Nora Agres telah melakukan berbagai pameran dan mengajarkan batik seperti di Spanyol, Prancis tahun 1978 dan Uruguay, tahun 1980.
Pada waktu ke Spanyol, ia mengajar di Instituto de Cultura Hispanico, Madrid selama dua minggu, pada bulan januari. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Barcelona, Soria dan Kepulauan Canari. Kesan mendalam yang lain adalah dari kunjungan ke Spanyol, karena walaupun ia sebagai guru dari Argentina dan para muridnya dari Spanyol, mereka mempelajari budaya dari negara lain yang bukan milik mereka, tetapi bisa merasa satu, karena seni batik.

Dari pengalaman tersebut Nora berkeyakinan bahwa seni batik merupakan"bahasa universal". Setelah itu juga melanjutkan pameran di Paris dimana dalam kesempatan tersebut ia terus menambah pengetahuan dengan membaca buku-buku mengenai batik, yang di temukan dari perpustakaan setempat. Ia bertambah yakin bahwa batik memang berasal dari Indonesia, bukan dari negara lain.

Tahun 1980, ia mendapat penghargaan " Premio Adquisicion Fondo Nacional de las Artes " dari centro Argentina de Artesano.
Penghargaan tersebut menjadi pendorong baginya, untuk terus menekuni dan mengajarkan seni batik. Oleh sebab itu, ia juga mempunyai sanggar di daerah Belgrano, salah satu pemukiman kelas menengah, yang di buka setiap hari, diikuti oleh anak-anak dan remaja. Dalam hubungan kerja sama dengan KBRI beberapa tahun terakhir, dapat dicatat, ia turut berpartisipasi dalam pagelaran seni budaya pada tahun 2003 selama lima hari di UNICENTER, salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Argentina.

Menjelang Promosi Terpadu yang diselenggarakan oleh KBRI Buenos Aires, tgl 28-31 Juli 2006, ia juga di beri tawaran untuk berperanserta memamerkan teknik membatik, bersama seorang pengusaha dan pembatik asal Indonesia, Ny. Rosida Sianturi, dari perusahaan "Penguin Handicraft". Semula, Nora Agrest agak ragu, karena ia akhir-akhir ini merasa kurang banyak menghasilkan. Keragu-raguan tersebut mungkin dilatarbelakangi oleh kurang yakinnya bisa berdampingan dengan pembatik asli Indonesia.

Sebaliknya, Ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan meyakinkannya bahwa dengan modal bahasa Spanyol, ia lebih mudah menjelaskan secara mendetil langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat batik; dan membatik seperti yang ia yakini merupakan ekspresi pribadi masing-masing sehingga akhirnya ia bersedia tampil.

Demo membatik selama satu setengah jam setiap hari ternyata cukup berhasil menarik perhatian Masyarakat Argentina. Pada waktu Nora dan Ny. Sianturi sedang medemonstrasikan cara membatik, banyak pengunjung ingin berada sedekat mungkin, sehingga Nora Agres dan Ny. Sianturi tertutup oleh lingkaran penonton. Mereka merasa lega bahwa demo membatik mendapat respon yang sangat baik. Sebagai pembatik dan pengusaha batik, Ny. Sianturi menyampaikan pendapatnya, bahwa ia sangat terkesan oleh respon dari orang-orang Argentina. Ia tidak menyangka, ketika pengunjung membeli semua cantingnya, sampai-sampai yang sudah di pakai demo juga di beli. Nora Agres dan Ny. Sianturi, yang baru berkenalan, sudah bertekad untuk melanjutkan pengembangan batik di Argentina, tempat dimana seni membatik sudah di kenal dan mempunyai daya tarik tersendiri. Tidak heran apabila batik seolah sebuah bahasa komunikasi, oleh karena itu tidak membatasi suatu bangsa dengan bangsa lain. Semua menyukai dan ingin memilikinya.

(Nindarsari Utomo)

1 Comments:

At November 28, 2016 , Blogger Unknown said...

Baltimore Ravens head coach Nike Air Max 90 John Harbaugh nfl jerseys store was once accused of not knowing NFL rules. Not louboutin outlet sure we can argue that after Sunday’s victory — Nike Air Max 2015 Shoes and how christian louboutin uk the Ravens won — wholesale nfl jerseys over the Cincinnati Bengals.

The Ravens led 19-12 over the Bengals and with NFL Jerseys 11 seconds left on fourth down from their own 23-yard line. Harbaugh, the christian louboutin shoes former special-teams coordinator, wanted Nike Free Run to make sure Nike Roshe Run there would not be a blocked punt or a long punt return by the cheap nfl jerseys Bengals — and he took advantage of a rule to prevent that from happening.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home