Thursday, June 07, 2007

Menjelajahi Noroeste Argentino kilometer demi kilometer

Liburan kami kali ini merupakan perjalanan yang terunik yang belum pernah kami lakukan sebelumnya. Kami memutuskan untuk melalukan eskpedisi keluarga dengan menyetir mobil pribadi menjelajahi daratan utara bagian barat Argentina (Noroeste Argentino) sepanjang total hampir 5.000 km selama 2 minggu.

Noroeste Argentina terdiri dari 5 propinsi (provincia), yaitu Santiago del Estero, Catamarca, Tucumàn, Salta dan Jujuy. Daerah ini sangat terkenal dalam dunia pariwisata Argentina bagi turis2 internasional akan keotentikan alam, sejarah dan budayanya.

Setelah persiapan yang memadai (kami mempunyai seorang anak perempuan berumur 2,5 tahun sehingga faktor keamanan dan kenyamanan menjadi prioritas utama kami), perjalanan kami dimulai dari Buenos Aires (Bs. As.), disebut juga Capital Argentina, propinsi dimana kami tinggal.

Setelah melewati Rosario (ibukota propinsi Santa Fe, 300 km dari Bs. As.) dan Cordoba (ibukota propinsi Cordoba, 710 km dari Bs. As. ), akhirnya kami tiba di San Miguel de Tucumàn (ibukota propinsi Tucumàn, 1.250 km dari Bs. As.). Kota ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam sejarah nasional Argentina karena disinilah penandatanganan kemerdekaan nasional dilakukan pada tanggal 9 Juli 1816 (el Dia de la Independencia). Sejak tahun 1941, tempat bersejarah ini direkonstruksikan menjadi Museo Casa Historica de la Independencia. Sebelumnya di Cordoba, kami pun sempat mengunjungi La Catedral, yang termasuk salah satu gereja katolik tertua (dibangun sejak abad ke-16) dan termegah di Argentina.

Kilometer berikutnya (sekitar 150 km dari Tucumàn) menyuguhkan pemandangan yang sangat indah dan berbeda dari sebelumnya karena kami mulai memasuki daerah Pegunungan Los Andes (merupakan yang tertinggi di seluruh Amerika Selatan dengan puncaknya hampir mencapai 7.000 m di atas permukaan air laut). Kami melalui Tafì del Valle, kota kecil yang ideal untuk beristirahat di antara alam pegunungan (yang tak jarang membeku dan dihujani salju akibat ketinggiannya) sambil menikmati makanan khas daerah, diantaranya locro (sup kare yang terdiri dari jagung, labu, kacang polong dan potongan daging) dan queso de cabra (keju dari susu kambing).

Setelah itu, giliran berhektar-hektar ladang anggur yang menjadi santapan mata yang menyejukan di hawa dingin sejak kami turun dari Tafì del Valle. Viñas de Cafayate Wine Resort menjadi pilihan kami untuk sekedar melepas lelah dan berjalan-jalan di antara kebun anggur sambil mencicipi anggur lokal yang bercita rasa tinggi. Dari tempat ini, kami bergerak menuju Cachi melalui Ruta 40 (jalan nasional sepanjang 5.200 km, yang dimulai dari daerah Patagonia hingga perbatasan utara Argentina dengan Bolivia). Kali ini, perjalanan kami agak tersendat-sendat dikarenakan kondisi jalan yang berlubang dan tidak ber-asphal kurang lebih sepanjang 40 km (yang tentunya bakal terasa lebih nyaman dan aman dengan kendaraan tipe Land Rover). Meskipun demikian, perasaan khawatir akan pecahnya ban mobil tertutup oleh pemandangan yang menakjubkan. Rasanya kami seperti terdampar seorang diri di daerah Far/Wild West dalam cerita film cowboy. Gurun dan lembah pasir terbentang luas dihiasi oleh ribuan tanaman kaktus raksasa (los cardone). Jenis tanaman ini dilindungi oleh Pemerintah Argentina dari kepunahannya, dengan diresmikannya Parque Nacional de Los Cardones (seluas 65.000 ha) yang bisa dilintasi publik secara gratis via Ruta 33.

Tujuan kami selanjutnya adalah Salta (ibukota propinsi Salta, 1.590 km dari Bs. As.). Kota yang terkenal kecantikannya (Salta, la linda), mulai dari alamnya yang di antara lembah pegunungan, bangunan-bangunan tua seperti gereja katedral dan cabildo (rumah pemerintahan), monumen-monumen penting seperti patung General Güemes (tokoh nasional) yang replikanya terdapat juga di Capital sampai dengan museum berstandar internasional (MAAM, Museo de Arqueologia de Alta Montaña), yang menyimpan 3 mumi suku Inca dari abad ke-15, hasil penemuan terpenting ekspedisi arkeologi tahun 1999 di pegunungan Los Andes yang disponsori oleh National Geographic. Selain itu, Salta juga terkenal akan empanadas, sejenis pastel dengan isi beragam: daging sapi, ayam, keju atau sayuran, yang dimakan dengan saus pedas (salsa picant) plus alfajores, sejenis biscuit berlapis gula yang diisi dengan sari susu (dulce de leche).

Dari Salta, kami bergerak ke Purmamarca (pueblo rojo/red town), Tilcara (capital arqueologica de Jujuy) dan Humahuaca, desa-desa tipikal Noroeste Argentino dimana alamnya berada di bawah perlindungan UNESCO sebagai warisan dunia (World Heritage) sejak tahun 2003, berkat sejarah dan struktur arkeologinya, keragaman warna dan bentuk formasi pasir bebatuan dan lembah pegunungannya. Oleh karena itu, bangunan-bangunan di desa-desa ini, termasuk jalan dan rumah, memiliki aneka warna (dengan warna utama merah) sesuai dengan pasir/tanah sebagai material konstruksi primer. Penduduk daerah ini merupakan keturunan suku asli (los indìgenas) sehingga mempunyai raut, perawakan dan budaya yang khas. Mereka pun terkenal akan produk-produk kerajinan tangan (artesanias) seperti keramik tradisional, bahan rajutan (tejidos) dari bulu llama, vicuña dan alpaca (jenis2 hewan dari daerah Los Andes), alat-alat dapur/dekorasi rumah dari kayu atau campuran perak dan nikel, dsb. Tidak lupa, kami mengunjungi reruntuhan (las ruinas) suku Inca di Tilcara dan suku Quilmes di propinsi Tucuman yang kami lalui sebelumnya. Keduanya yang merupakan bukti bersejarah eksistensi suku-suku asli Amerika Latin.

Alam spektakular yang terakhir kami kunjungi sebelum melakukan perjalanan pulang adalah Las Salinas Grandes (1.750 km dari Bs. As.) dengan ketinggian 3.500 m di atas permukaan air laut. Diduga aslinya adalah danau natural, yang menjelma menjadi gurun garam seluas kira2 (40x35) km2 akibat proses tranformasi alam selama jutaan tahun. Sungguh perasaan yang aneh merasuki kami ketika berjalan di antara miliaran butir garam dimana hanya pegunungan tinggi dan langit biru yang menjadi batasnya. Untuk mencapai tempat ini, kami harus melewati jalan dengan ketinggian lebih dari 4.000 m di atas permukaan air laut, yang memberikan pemandangan tidak kalah istimewanya.

Sungguh seluruh perjalanan ini sangat berkesan bagi kami dan mengingatkan kami akan kebesaran alam Sang Pencipta. Tentunya kami bersyukur sekali dapat kembali ke rumah dengan utuh dan selamat, membawa segala kenangan indah yang tak terlupakan.

Martinez, 7 Juni 2007

Femina Affandi-Baudot


0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home