Sunday, February 18, 2007

Sekali jalan, dua tiga pulau terlampaui

Rumah Minahasa...Delta del Tigre…Pemeliharaan lingkungan?

Rencana yang sudah di susun oleh ibu-ibu DWP KBRI Buenos Aires untuk mengajak “jalan-jalan” anak-anak akhirnya bisa juga kesampaian, meskipun cuaca pagi itu sangat menggelisahkan, karena adanya semburan angin dingin dari kutub selatan yang membuat udara menjadi dingin dengan temperatur 16º C, turun sekitar 10-15 derajad dari normalnya di musim panas. Namun demikian dalam hati berdo'a agar, cuaca tidak terus-terusan mendung.


Pada tanggal 17 Pebruari 2007, sekitar jam 10 pagi kita janjian untuk kumpul di KBRI dan nampaknya kekhawatiran dengan cuaca pelan-pelan berubah karena udara sedikit cerah, dan tentunya anak-anak sudah tak sabar ingin cepat berangkat. Ketika semua sudah kumpul, dengan jumlah 24 orang, orang-tua 10 orang, remaja 9 orang dan anak-anak 5 orang maka perjalanan hari itu jadi juga dilakukan. ..Vamos chicos!!......ayo ´nak kita berangkat….

Para ibu DWP Buenos Aires mengajak putra-putrinya untuk meninjau daerah Delta Tigre yang terletak di sebelah utara Capital Federal Buenos Aires. Apa yang istimewa disana sehingga menjadi tujuan kita bersama?

Delta del Tigre

Delta di Tigre dilalui sungai Paraña dari utara, dan berjarak sekitar tigapuluh dua kilometer dari pusat kota Buenos Aires atau sekitar 40 menit dengan kendaraan. Menurut sejarahnya sampai dengan akhir abad ke sembilan belas, di daerah ini banyak harimau (yang dalam bahasa Spanyol: Tigre). Binatang buas itu menyerang penduduk setempat, dan juga di buru sampai akhirnya punah. Sejak itu daerah ini dikenal dengan nama Tigre. Sementara itu, Presiden Argentina pada waktu itu, Sarmiento, mulai mempopulerkan keindahan alam daerah Delta disitu dan oleh karenanya sampai sekarang terrenal dengan debutan ´Delta del Tigre´ .

Daerah Delta Tigre terdiri dari daratan dan pulau-pulau yang dikelilingi cabang sungai-sungai besar dan kecil, ditumbuhi tanam-tanaman yang lebat merupakan hasil evolusi alam yang sangat panjang dan pelestariannya oleh campur tangan manusia pululan tahun. Apabila kita menelusuri sungai menjorok ke dalam, maka kita akan melewati beberapa lapis kawasan, mulanya tatanan rapih model perkotaan, kemudian semak-semak, lalu tanah gundukan yang alamiah akhirnya rawa-rawa.

Oleh karena situasi kawasan yang bervariasi, maka binatang yang hidup di daerah itu juga macam-macam, menurut data diketahui ada lebih dari 200 macam burung, macam-macam binatang melata seperti kodok, kura-kura, keong, berbagai ikan sungai dan bahkan kijang.

Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan penghuni maupun pengelola swasta mempunyai kesadaran untuk memelihara lingkungan Delta dengan membiarkan ilalang dan pepohonan tumbuh rimbun di seluruh kawasan itu, kecuali tentunya ditengah sungai untuk lewat perahu. Sementara itu di daratan mereka sangat menjaga kebersihan dan kenyamanan.

Pusat penjualan barang kerajinan yang ramai dikunjungi masyarakat adalah ´Puerto de Frutos´ Sedangkan sebagai pelengkap bagi daerah tempat hiburan kemudian dilengkapi dengan tempat bermain “Parque de la Costa serta kereta api wisata dari daerah Capital Federal “Tren de la Costa.

Di salah satu sudut Delta del Tigre itulah rombongan DWP tanya-tanya ke tukang perahu di pangkalan “lancha taxi” (perahu taksi) yang lagi mangkal apakah tahu jalan ke ´Complejo Minahasa´ dan berapa ongkosnya. Ternyata si tukang perahu ingat Minahasa …Indonesia ….dan dengan semangat dia bilang …”oooh Rumah Indonesia”… .Oleh karena itu setelah tawar menawar harga sebentar dan ongkos lancha taxi OK, maka rombongan pun masuk ke perahu, yang cukup lumayan besar dengan jumlah kapasitas sekitar 50 orang.

Kebetulan sekali perahu bisa di charter sehingga anak-anak dan remaja menikmati pemandangan dalam perjalanan menuju Arroyo Esperita, alamat rumah Minahasa. Pada saat itu suasana sungai bervariasi, sungai utama lumayan meninggi airnya karena dari sehari sebelumnya sudah hujan terus dari pagi sampai sore tidak berhenti.

Seperti layaknya di daratan, suasana di pinggiran sungaipun bisa kita lihat sejauh mata memandang, seperti Supermarket yang terapung di perahu, Pom Bensin terapung, Restoran terapung, perahu kecil yang didayung, dan dalam perjalanan kita juga berpapasan dengan seorang bapak yang mata kailnya berhasil mendapatkan ikan besar.

Tidak terasa ahirnya kita sampai di tujuan, padahal pas dilihat jaraknya lumayan jauh juga memakan waktu kurang lebih 30 menit. Lokasi Rumah Minahasa ternyata jalannya sedikit menyempit, bahkan tidak bisa dilewati perahu besar kalau ketinggian airnya kurang bila bertiup angin utara sampai menurunkan ketinggian air sungai kecil. Jadi Rombongan DWP beruntung datang sebelum air menyusut.

¨”Complejo Minahasa”

Di “Complejo Minahasa” Rombongan DWP sudah ditunggu oleh Señor Santiago dan asisten yang kemudian menerangkan pada kita mengenai Kompleks Rumah Minahasa tersebut. Pembawanya ke Argentina adalah Miguel Nogues dan Maria Sol Durini de Nogues yang sebelumnya bertugas sebagai diplomat di Kedutaan Besar Argentina Jakarta tahun 1994-1998. Pasangan ini sangat menyukai orang-orang Indonesia dan budayanya. Lebih jauh mereka tertarik untuk membawa kenang-kenangan dari Indonesia. Ternyata pilihan jatuh pada Rumah Minahasa yang dianggap kokoh dan terbukti sampai sekarang kayunya tidak ada yang keropos serta cocok dengan suasana Delta Tigre yang mirip dengan kepulauan di Indonesia. Ada empat rumah Minahasa disana tetapi pada saat itu semua Villa itu sudah disewa.

Disekeliling kompleks rumah Minahasa banyak pohon ilalang yang dibiarkan tumbuh meninggi menurut alamnya, menambah suasana seperti di pedesaan. Bayangkan saja kita dapat mendengar hembusan angin dari gesekan ilalang, hal ini menambah suasana alam yang dibiarkan apa adanya sehingga suasana yang terasa seperti di pedesaan yang luas.

Sewaktu kami berkunjung sepertinya orang-orang yang menyewa Villa Minahasa ini, masih terlelap tidur, dan sayang nya kita tidak bisa masuk ke dalam Rumah itu karena semua sudah terisi. Tapi semangat menjelajah seluruh daerah kompleks perumahan Minahasa tidak berkurang …ibu-ibu, remaja, anak-anak …mencari sendiri sudut- sudut keindahan dan kenyamanan sekeliling kompleks dan semua itu tidak dilewatkan untuk berfoto-foto.

Tiba-tiba terdengar klakson perahu berbunyi, ……….dari jauh kedengarannya seperti suara klakson kapal besar…….Itu tandanya waktu kita sudah habis dan harus kembali ke perahu mengingat adanya kekuatiran air di sungai kecil ini akan lebih menyusut lagi karena tiupan angin utara dan itu akan membuat perahu kita tidak bisa lewat. Kita harus puas dengan melihat-lihat sekitarnya kurang dari satu jam. Namun, namanya orang Indonesia, filsafahnya adalah ´untung´….jadi…masih untung kita kebagian air belum terlalu turun….kalau tidak, belum tentu bisa sampai ke Rumah Minahasa.

Dalam perjalanan pulang tukang perahu, Carlos, berbaik hati untuk menerangkan obyek wisata lain disungai besar diantaranya “Gereja tua”, “Bekas Rumah Presiden Sarmiento”, dan “Sekolah Menengah Publik”. Semua tampak bersih tidak ada sampah bertumpuk di sekeliling obyek wisata itu.

Pas sampai di daratan dan tanpa menunggu komando lagi semua masuk ke mobil untuk mencari makan siang, ternyata memang semua rombongan sudah lapar. Akhirnya kita makan dulu dengan menu Parilla/ a la Campo Argentina.

Pasar Tradisional ´Puerto de Frutos´

Obyek terakhir yang di incar adalah melihat-lihat Pasar Tradisional yang menjual aneka kerajinan/Handycraft. Pasar itu lumayan besar sehingga tidak mungkin untuk jalan bareng-bareng, ahirnya kita semua berpencar dengan perjanjian untuk kumpul lagi di tempat dan jam yang telah di tentukan.

Diantara barang kerajinan setempat, banyak juga barang-barang dari Indonesia dijual disana seperti berbagai bentuk kerajinan kayu, keramik, anyaman bambu, rotan, dengan model tradisional sampai yang pop art dalam kain pantai, topeng kayu, binatang, furniture dan asesoris. Kita bangga dan terharu ternyata produk kerajinan Indonesia semakin berkembang di pasaran Argentina, terutama Buenos Aires. Barang-barang tersebut menjadi mode bagi warga setempat.

… Yuk nyoba yuk….

Jajan pasar a la Argentina juga menjadi obyek untuk dicoba. Rata-rata bilangnya …”pengen nyoba kaya apa sih rasanya, maklum lihat orang-orang yang antri pada beli jadi penasaran pengen nyobain, ya dari pada nyesel kita cobain aja”…. Kalau di Indonesia itu makanan khas dari Jawa, karena rasanya manis-manis. Di Arena pasar tersebut ada juga ´Carrousel´ permainan untuk anak-anak kecil, jadi orang tua yang bawa anak kecil terpaksa ikut antri untuk menyenangkan anaknya, sedangkan anak-anak remaja sudah pada ngilang nyari kebutuhan masing-masing.

Akhirnya tepat waktu yang telah di tentukan tanpa di komando lagi semua sudah pada kumpul, dengan membawa tentengan masing-masing di tangan, ada yang beli kerajinan, ada yang beli sayuran dan buah, ada juga yang cuma gendong anaknya dengan senyum lega karena anaknya sudah puas bermain.

…Ternyata ilalang yang liar itu cantik dan perlu dilestarikan……

Sedangkan bagi orangtua, terutama ibu-ibu DWP, lega karena sasaran melihat Rumah Minahasa kesampaian, dan sasaran memperkenalkan pemeliharaan lingkungan juga sudah tercapai. Bagi anak-anak Indonesia yang sedang menetap di Buenos Aires mereka beruntung mempunyai kesempatan untuk dapat mengenal arti hidup berdampingan antara lingkungan alam dan pembangunan oleh manusia. Hal ini bukan saja mereka pelajari di pelajaran sekolah karena tertuang dalam Konstitusi Argentina 1994 bab 41 yang antara lain mengarahkan perlunya lingkungan hidup yang sehat dan seimbang untuk kelangsungan hidup manusia, alam, flora dan fauna, namun juga dapat melihat contohnya secara nyata di Delta Tigre.

Selama perjalanan tidak diketemukan limbah kotoran ataupun sampah yang dibuang sembarangan yang semuanya berdampak negatif. Itu suatu bukti bahwa kita perlu mencontoh seperti itu. Dalam hati kami juga berdoa semoga kelak di negeri kita tercinta , dapat dibudayakan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan dapat dilestarikan hidup ilalang dan semua pepohonan yang diperlukan bagi kelestarian lingkungan sepanjang masa.

1 Comments:

At November 28, 2016 , Blogger Unknown said...

Baltimore Ravens head coach Nike Air Max 90 John Harbaugh nfl jerseys store was once accused of not knowing NFL rules. Not louboutin outlet sure we can argue that after Sunday’s victory — Nike Air Max 2015 Shoes and how christian louboutin uk the Ravens won — wholesale nfl jerseys over the Cincinnati Bengals.

The Ravens led 19-12 over the Bengals and with NFL Jerseys 11 seconds left on fourth down from their own 23-yard line. Harbaugh, the christian louboutin shoes former special-teams coordinator, wanted Nike Free Run to make sure Nike Roshe Run there would not be a blocked punt or a long punt return by the cheap nfl jerseys Bengals — and he took advantage of a rule to prevent that from happening.

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home