Wednesday, October 06, 2010

Suatu Malam di Jerman


'tiket habis, malah ada 20 masih waiting list..' bisik suami saya. Wow, tidak disangka animo komunitas Jerman di Buenos Aires terhadap budaya Indonesia begitu besar!

Rodolfo Caffaro Kramer (Rudy) adalah asal muasal terselenggaranya Una Noche en Indonesia di Aleman Club, Buenos Aires, pada tanggal 22 April 2010 yang lalu. Peristiwa bom bali tahun 2002 sempat menunda kunjungan beliau ke Indonesia, namun khayalan akan keindahan Indonesia selalu terpendam, dan akhirnya setelah bertemu dengan kawan lamanya, yang tak lain adalah Bapak Sunten Z Manurung, Rudy menawarkan untuk membuat sebuah acara budaya Indonesia di klub tempat ia bergabung tersebut. Tidak tanggung-tanggung, executive chef dan sous chef klub tersebut pun didatangkan ke wisma untuk belajar membuat nasi tumpeng lengkap dengan hidangan pinggirnya.

Ruangan klub yang terletak di lantai 21 dan 22 gedung itupun disulap seolah-olah mereka berada di Indonesia. Dekorasi budaya mulai dari topeng, wayang, foto kota di Indonesia, rumah gadang, hiasan dinding dari batik dan tenun, buku-buku tentang kerajinan dan perhiasan Indonesia sampai pelengkap makanan khas seperti kecap manis, indomie goreng dan saos sambal, hadir melengkapi interior ruangan malam itu.

Acara dibuka dengan pertunjukan gamelan yang kejernihan denting suaranya memukau para hadirin yang sengaja mendekat untuk mengabadikan momen tersebut. Berikutnya adalah makan malam yang diawali dengan soto ayam sebagai entrada dan mini set tumpeng sebagai principalnya. Sebelumnya, kami menjelaskan dulu filosofi dari nasi tumpeng berikut masing-masing hidangan pinggirnya ke para hadirin.

Pertunjukan kesenian pun dilanjutkan dan dibuka oleh tarian Remo yang apik dari Bp Sudiharto lalu suguhan tarian Rantak oleh tiga dara, Sintia Laukon, Imaya Ratnasari dan Astrid Wasistyanti . Setelah itu adalah kesenian Arumba yang membawakan lagu-lagu populer seperti Besame Mucho, Historia del Amor dan juga Mojang Priangan, diiringi oleh lantunan suara merdu dari Ibu Herawaty Manurung. Para hadirin pun ikut berdendang menyanyikan lagu-lagu tersebut dan sempat memberikan standing ovation,, dan teriakan 'otra vez.. otra vez..' pun kerap terdengar. Terakhir kali yang paling memukau adalah pertunjukan tari Saman.

Malam kian larut dan menunjukkan pukul 23.00, para hadirin terakhir disajikan hidangan penutup sembari melihat video dokumenter Indonesia dan mendengarkan beberapa kata dari salah satu member Aleman Club. Para hadirin tampak begitu puas menghadiri acara malam itu, kami mendapat banyak pujian dari para hadirin. Mereka pun pulang dengan banyak kenangan dari Indonesia.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home