Ternyata Gamelan tetap dicinta
Sudah satu tahun berlalu sejak kegiatan latihan bermain gamelan menjadi acara rutin mengisi libur musim panas di Buenos Aires. Melihat seperangkat gamelan tertumpuk di sudut ruang lantai 3 KBRI Buenos Aires, muncul rasa sedih yang sulit diutarakan dengan kata. Ada kerinduan untuk mendengar alunan yang lembut yang ternyata memang bisa menjadi hiburan dan obat kangen kepada tanah air yang jauh.
Perasaan ini ternyata ada pada para pemain yang pernah merasakan indahnya paduan musik ini kalau dimainkan dengan benar. Sejak Pelatih Gamelan Bapak Suhardjono dan Pelatih Tari Bapak Bambang yang dikirim Diknas untuk melatih Tari dan Gamelan di KBRI Buenos Aires pulang ke tanah air, tidak ada lagi kegiatan kesenian yang bisa dilakukan. Kehadiran selama tiga bulan memang terasa singkat, namun "gema" yang ditinggalkan ternyata tetap ada dalam kenangan.
Ibu Erna Herlina berminat menggerakkan atau merealisasikan kerinduan yang dimiliki para pemain. Awalnya memang agak ragu, mengingat sebagian pemain sudah pulang ke Jakarta, yaitu Ibu Wati dan dua putrinya, Gina dan Icha. Tetapi seperti pepatah mengatakan "patah tumbuh hilang berganti", ada Ibu Dewi Jhoni dan dua putranya, Billy dan Rully. Ditambah lagi dengan Astrid, putri Ibu Joefi dan ibu Sri Lestari, ibunda Ibu Joefi, maka para pemain gamelan sudah cukup lengkap. Kris dan Desih tetap berminat, demikian juga Ibu Dewi Dhana dan Pak Dhana, senang bisa tetap melatih ketrampilan memainkan nada-nada yang nyaman di telinga.
Martinus Manurung satu-satunya yang diharapkan bisa membantu atau mengingatkan semua lagu-lagu yang pernah dipelajari. Ternyata pelajaran yang pernah diterima dari Bapak Suhardjono masih terekam dengan baik dalam ingatan, cuma saja memang perlu dilatih agar tidak lupa. Untuk tujuan itu Ibu Herawaty Manurung sebagai Ketua Dharma Wanita sangat mendukung program pelatihan gamelan yang diprakarsai oleh Ibu Erna Herlina sebagai Fungsi Penerangan di KBRI Buenos Aires.
Sekarang latihan sudah berlangsung setiap hari Jumat sore dimulai jam 18.00 dan diharapkan tetap bersemangat memainkan alat musik tradisional Indonesia yang menjadi ciri negara kita karena memang tidak ada di negara lain. Jangan lupa, di berbagai belahan dunia, gamelan milik bangsa Indonesia sering menjadi pengharum nama bangsa.
Perasaan ini ternyata ada pada para pemain yang pernah merasakan indahnya paduan musik ini kalau dimainkan dengan benar. Sejak Pelatih Gamelan Bapak Suhardjono dan Pelatih Tari Bapak Bambang yang dikirim Diknas untuk melatih Tari dan Gamelan di KBRI Buenos Aires pulang ke tanah air, tidak ada lagi kegiatan kesenian yang bisa dilakukan. Kehadiran selama tiga bulan memang terasa singkat, namun "gema" yang ditinggalkan ternyata tetap ada dalam kenangan.
Ibu Erna Herlina berminat menggerakkan atau merealisasikan kerinduan yang dimiliki para pemain. Awalnya memang agak ragu, mengingat sebagian pemain sudah pulang ke Jakarta, yaitu Ibu Wati dan dua putrinya, Gina dan Icha. Tetapi seperti pepatah mengatakan "patah tumbuh hilang berganti", ada Ibu Dewi Jhoni dan dua putranya, Billy dan Rully. Ditambah lagi dengan Astrid, putri Ibu Joefi dan ibu Sri Lestari, ibunda Ibu Joefi, maka para pemain gamelan sudah cukup lengkap. Kris dan Desih tetap berminat, demikian juga Ibu Dewi Dhana dan Pak Dhana, senang bisa tetap melatih ketrampilan memainkan nada-nada yang nyaman di telinga.
Martinus Manurung satu-satunya yang diharapkan bisa membantu atau mengingatkan semua lagu-lagu yang pernah dipelajari. Ternyata pelajaran yang pernah diterima dari Bapak Suhardjono masih terekam dengan baik dalam ingatan, cuma saja memang perlu dilatih agar tidak lupa. Untuk tujuan itu Ibu Herawaty Manurung sebagai Ketua Dharma Wanita sangat mendukung program pelatihan gamelan yang diprakarsai oleh Ibu Erna Herlina sebagai Fungsi Penerangan di KBRI Buenos Aires.
Sekarang latihan sudah berlangsung setiap hari Jumat sore dimulai jam 18.00 dan diharapkan tetap bersemangat memainkan alat musik tradisional Indonesia yang menjadi ciri negara kita karena memang tidak ada di negara lain. Jangan lupa, di berbagai belahan dunia, gamelan milik bangsa Indonesia sering menjadi pengharum nama bangsa.