Sunday, November 22, 2009

TARI SAMAN Yang Makin Mendunia

Tepat satu bulan berselang setelah tampil pada Acara 'Congreso de la Federacion de Asociaciones Medicas Catolicas Latinoamericanas', Tari Saman tampil lagi dan kembali mengundang decak kagum pada acara 'Dia De la Enfermeria' di Sanatorium Matter Dei, Buenos Aires, Argentina.

Rupanya beberapa paramedis yang hadir dalam kongres tersebut, membawa pulang rasa kagum dan ingin menampilkan Tari Saman untuk disaksikan oleh para suster yang bekerja di lingkungan Rumah Sakit tersebut. Sebuah tarian yang unik, berasal dari negeri yang jauh menambah pengetahuan mereka tentang aneka budaya di dunia.

Pimpinan Rumah Sakit Mater Dei menghubungi Ibu Dewi Lestari, Fungsi Penerangan KBRI Buenos Aires dan menyampaikan Undangan untuk memeriahkan Acara yang digelar pada Hari Jumat dan Sabtu, tanggal 20 dan 21 November 2009. Didampingi Rudy Henryadi, maka sepuluh penari, Rendy, Martinus, Santiago, Chris, Billy, Rully, Carla, Sofi, Cynthia, Astrid dan Ratna, kembali menjadi pusat perhatian memperkenalkan seni budaya Indonesia di kalangan para pekerja dunia kesehatan di sebuah Rumah Sakit yang cukup besar yang terletak dijantung kota Buenos Aires.

Tari Saman
Adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nama tari 'Saman' diperoleh dari salah satu ulama besar NAD, Syeikh Saman.

Makna dan Fungsi
Tari Saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan (dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Sebelum saman dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat atau nasehat-nasehat yang berguna kepada para pemain dan penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan kontinu, pemainnya masih muda-muda dan memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup tamu dengan grup sepangkalan (dua grup). penilaian dititik-beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan

Paduan Suara
Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan keberbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syeikh. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna.

Pada zaman dahulu, tarian ini dipertunjukkan dalam acara adat tertentu, diantaranya dalam upacara memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini tarian ini dipertunjukkan pula pada acara-acara yang bersifat resmi, seperti kunjungan tamu-tamu Antar Kabupaten dan Negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.

Nyanyian
Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Cara menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam.
  1. Rengum, yaitu auman yang diawali oleh pengangkat.
  2. Dering, yaitu rengum yang segera diikuti oleh semua penari.
  3. Redet, yaitu lagu singkat dengan suara pendek yang dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari.
  4. Syek, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya sebagai tanda perubahan gerak.
  5. Saur, yaitu lagu yang diulang bersama oleh seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Gerakan
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam tarian saman yaitu tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama Islam, Syeikh Saman mempelajari tarian melayu kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah Islam demi memudahkan dakwahnya. Dalam konteks kekinian, tarian ritual yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.

Tarian saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik, karena hanya menampilkan gerak tepuk tangan, gerakan-gerakan lainnya seperti gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini adalah bahasa Gayo).

Penari
Pada umumnya, tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhkan laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat lain mengatakan tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun dalam perkembangan di era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang pemimpin yang disebut Syeikh. Selain mengatur gerakan penari, Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman.

Beruntung di KBRI Buenos Aires, ada Rendy Pangemanan sebagai pemimpin grup tari saman, yang selalu antusias mengajar dan melatih anak-anak, sehingga siap tampil kalau diundang untuk menunjang program promosi Indonesia di negeri ini. Melihat jasanya yang sangat besar memperkenalkan tari saman dalam berbagai kesempatan, barangkali di depan namanya sekarang ditambah gelar Syeikh sehingga kita memanggilnya Syeikh Rendy Pangemanan.








0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home