Tuesday, March 30, 2010

Aneka Khasiat Cabai Rawit

Cabai rawit memang pedas. Namun, pendamping tempe goreng ini memiliki banyak khasiat pengobatan. Bukan cuma rematik, radang beku atau frostbite yang sering terjadi di daerah ketinggian atau bersalju itu pun bisa diatasi.

Cabai rawit kadang ditanam orang di pekarangan sebagai tanaman sayur atau tumbuh liar di tegalan dan tanah kosong yang telantar. Tanaman budidaya ini berasal dari daerah Amerika tropis, lebih suka tumbuh di daerah kering, serta ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m di atas permukaan laut.

Buahnya digunakan orang sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun mudanya biasa dikukus untuk dijadikan lalap.

Tanaman bernama Latin Capsicum frutescens ini terdiri atas tiga varietas. Pertama, cengek leutik. Buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya. Kedua, jenis cengek domba (cengek bodas). Buahnya lebih besar dari cengek leutik, berwarna putih, dan menjadi jingga pada saat masak. Ketiga, ceplik. Buahnya besar, berwarna hijau, dan menjadi merah pada saat tua.

Berdasarkan teori pengobatan Traditional Chinese Medicine (TCM), tanaman bernama Cina La jiao ini mempunyai rasa pedas, sifatnya panas, dan masuk dalam meridian jantung dan pankreas.

Menurut Dr Budi Sugiarto Widjaja, TCM, dari Klinik Beijing, Jakarta, cabai rawit merah berkhasiat sebagai tonik dan stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah, juga obat rematik. Gilingan cabai rawit dapat menghancurkan bekuan darah (antikoagulan) dan mengatasi gangguan rematik dan radang beku. Cabai rawit bisa meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit, peluruh kentut (karminatif), serta peluruh keringat (diaforetik), air liur, dan air kencing (diuretik).

Mengandung Antioksidan
Menurut Dr Setiawan Dalimartha, anggota Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) DKI Jakarta, di dalam buah cabai rawit terkandung kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid atsiri, resin, minyak menguap, serta vitamin A dan C. Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat melancarkan aliran darah serta sebagai pemati rasa kulit.

Biji tanaman bernama daerah lombok jempling (Madura), cabe rawit (Jawa), leudeu jarum (Gayo), rica halus (Manado), metrek wakfoh (Papua) ini, kata Dr Setiawan, mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, dan steroid saponin (kapsisidin). Kandungan terakhir ini berkhasiat sebagai antibiotik.
Saat disantap, rasa pedas di lidah dapat menimbulkan rangsangan ke otak untuk mengeluarkan endorfin (opiate endogen). Hasilnya, rasa sakit hilang dan timbul perasaan lebih sehat. Pada sistem reproduksi, sifatnya yang panas dapat mengurangi rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang buruk.

Salah satu hasil penelitian, kata Dr Setiawan, cabai rawit diketahui memiliki khasiat mengurangi terjadinya penggumpalan darah (trombosis) dan menurunkan kadar kolestrol. Satu hal lagi, banyaknya kandungan zat antioksidan (seperti vitamin C dan betakaroten), dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan.

Masalahnya, tidak setiap orang boleh mengonsumsi cabai rawit secara berlebihan. Pengidap sakit tenggorokan, sakit mata, dan penderita gangguan saluran pencernaan, kata Dr Setiawan, tidak dianjurkan mengonsumsi cabai rawit.

Penelitian yang dilakukan Tyas Ekowati Prasetyoningsih dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Jawa Timur, pada 1987, menyebutkan, ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans, yaitu jamur pada permukaan kulit. Daya hambat ekstrak cabai rawit 1 mg/ml setara dengan 6,20 mcg/ml nistatin dalam formamid.

Dr Setiawan menambahkan, cabai rawit indikasinya digunakan untuk menambah nafsu makan, menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, melegakan rasa hidung tersumbat pada sinusitis, mengurangi batuk berdahak, dan meredakan migrain.

Empat Resep Ramuan La Jiao
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan khasiat cabai rawit. Bisa dengan cara merebusnya atau dibuat bubuk dan pil. Untuk pemakaian luar, cukup dengan merebusnya, lalu uapnya dipakai memanaskan bagian tubuh yang sakit.

Cara lain, kata Dr Setiawan, dengan menggiling cabai rawit hingga halus, kemudian membalurkannya di bagian yang sakit. Cara terakhir ini bisa digunakan untuk gangguan rematik dan frostbite (jari nyeri karena kedinginan). Daunnya bisa digiling untuk dibalurkan di daerah yang sakit guna mengatasi sakit perut dan bisul.

Berikut empat resep yang ditawarkan Dr Setiawan:
1. Rematik
Bahan: 15 cabai rawit, 1/2 sendok teh kapur sirih, 1 jeruk nipis
Pemakaian: Cabai rawit digiling hingga halus, jeruk nipis dibelah dua, ambil airnya. Campur gilingan cabai, kapur sirih, dan perasan jeruk nipis, aduk hingga rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit. Lakukan hingga penyakit sembuh.

2. Sakit perut
Bahan: 15 gr daun muda cabai rawit, 1/2 sendok teh kapur sirih
Pemakaian: Cuci bersih daun cabai, giling hingga halus. Tambahkan kapur sirih, aduk hingga rata. Balurkan ramuan pada bagian perut yang sakit. Lakukan pengobatan 1-2 kali saja.

3. Kaki dan tangan lemas (lumpuh)
Bahan: 2 bonggol akar cabai rawit, 15 pasang cakar ayam, 60 gr kacang tanah, 6 butir hungcao
Pemakaian: Bersihkan semua bahan, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan air dan arak sama banyaknya hingga bahan-bahan terendam kira-kira 1 cm di atasnya. Ramuan tersebut dimasak dengan cara ditim. Setelah dingin, saring airnya, minum sehari dua kali, masing-masing setengah dari ramuan tersebut.

4. Frostbite
Bahan: 5 cabai rawit segar
Pemakaian: Buang biji cabai rawit, giling hingga halus. Balurkan ke bagian yang sakit.

@ Hendra Priantono

sumber artikel:
kompas.com

sumber gambar:
wikipedia.org
creativecommons.org




Monday, March 15, 2010

Aconcagua

Gunung Aconcagua adalah gunung tertinggi di benua Amerika yaitu 6.962 meter dari permukaan laut, terletak bersebelahan dengan pegunungan Andes, di propinsi Mendoza, Argentina. Letak persisnya sekitar 15 km dari perbatasan dengan Chile atau sekitar 75 km arah timur laut dari Santiago, ibukota Chile. Di sekeliling gunung ini terdapat "Aconcagua Provincial Park" dan di puncak gunung terdapat salju abadi yang sangat luas terbentang sekitar 10 km.

Bagi para pendaki, jalan paling mudah untuk ditempuh adalah dari bagian utara melalui jalan yang normal. Pilihan yang kedua adalah jalan yang dikenal dengan sebutan "Falso de los Polacos". Tetapi banyak juga para pendaki memilih jalan yang paling populer adalah melalui Polish Glacier itu sendiri.

Tertarik mendengar nama Gunung Aconcagua yang terkenal dan menjadi idaman para pendaki gunung untuk mengunjunginya, Dubes RI untuk Argentina SZ Manurung beserta Ibu Herawaty Manurung tergoda untuk melihat dari dekat gunung ini. Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, demikian kata pepatah. Karena mendapat undangan dari Gubernur Mendoza untuk menghadiri Festival Anggur, maka kunjungan ke Mendoza dipakai juga untuk mendaki gunung Aconcagua.

Bersama dengan Dubes Libanon Senor Hamdan dan Senora Hafaf, Dubes RI SZ Manurung beserta Ibu Herawaty ikut tour dengan rombongan sekitar 17 orang untuk mendaki gunung Aconcagua. Perjalanan dengan mobil sekitar 4 jam dari kota Mendoza untuk sampai pada ketinggian sekitar 4.000 meter dan sekitar 1.000 meter jaraknya dari salju abadi. Udara dingin menggigit , badan terasa agak melayang pada ketinggian itu.

Menurut pemandu wisata hari itu, Senora Gasela, tempat ini adalah tempat yang paling tinggi yang diizinkan untuk dikunjungi turis. Bilamana ingin mendaki ke tempat yang lebih tinggi lagi, harus mendapat izin terutama sehubungan dengan kondisi kesehatan, karena semakin tinggi maka akan semakin tipis pula udara dan akan mengganggu proses pernafasan. Pada ketinggian 4.000 meter ini pun, dianjurkan untuk berjalan dengan tenang, tidak terburu-buru yang bisa menyebabkan gerakan jantung berpacu lebih cepat dan membahayakan. Sungguh suatu pengalaman yang indah, mengagumi salju abadi yang putih bersih di bawah langit yang biru.

Dalam perjalanan pulang, turun dari gunung, rombongan berhenti pada ketinggian 2.740 meter di sebuah kampung kecil di pinggir jalan utama, dikenal sebagai "Puente del Inca" dimana terdapat area tempat berlibur, hotel-hotel dan restoran serta kerajinan penduduk asli di sekitarnya, umumnya terbuat dari batu yang berasal dari gunung. Puente del Inca memiliki nilai historis bagi rakyat di sekitarnya, tempat ini dianggap salah satu keajaiban yang diciptakan alam, merupakan sumber air belerang yang panas yang pada zaman dahulu banyak dikunjungi oleh orang-orang untuk mencari kesembuhan karena menderita sakit.

Sekitar tahun 1925 daerah ini menjadi tujuan para turis di Argentina, terdapat hotel yang mewah untuk ukuran saat itu dan mengambil air dari sumber air panas mengandung belerang yang dianggap sangat mujarab. Tetapi tahun 1965, hotel tersebut runtuh dan sekarang hanya terlihat sisa-sisa reruntuhan dan daerah tersebut ditutup untuk umum, para turis hanya bisa menyaksikan dari kejauhan saja, dilarang mendekat karena dianggap berbahaya. Banyak cerita-cerita yang berkembang karena daerah tersebut memang masih asli, dan tetap memberikan nilai sejarah yang tinggi bagi masyarakat di sekitarnya.

Batu-batu berwarna kuning yang sangat kuat karena pengaruh air belerang dan bau yang menyengat serta perpaduan dengan udara yang dingin menimbulkan kesan tersendiri bagi para pengunjung. Di sekitar tempat itu, terdapat pusat kerajinan/artesania dari orang-orang Inca yang masih memelihara tradisi dan kebudayaan yang merupakan ciri khas suku Inca.

Ternyata jarak tempuh sekitar 175 km dari pusat kota dianggap cukup dekat sehingga tidak putus-putusnya orang-orang datang berkunjung ke Puente del Inca bilamana mengunjungi kota Mendoza. Perjalanan dari jam 08.00 pagi sampai matahari terbenam sungguh tidak terlupakan. Gunung Aconcagua terlihat samar-samar semakin jauh, dan salju abadi di puncaknya terlihat berkilau ditempa matahari sore yang hampir terbenam di belakangnya.






Wednesday, March 10, 2010

Fiesta de la Vendimia

Setiap tahun, pada awal bulan Maret, Kota Mendoza yang terletak di Argentina sebelah barat berhias, mempersiapkan yang terbaik bagi turis atau yang datang berkunjung untuk menghadiri Panen Musim Anggur. Inilah saat di mana penduduk kota Mendoza "mengangkat gelas" anggur, berterima kasih kepada alam yang subur yang memberikan hasil panen melimpah yang menyebabkan kota ini terkenal ke seluruh dunia karena produksi anggurnya yang sudah diekspor ke berbagai belahan dunia.

Festival yang berlangsung dari tanggal 28 Februari sampai 8 Maret ini, diisi dengan berbagai atraksi tari-tarian, musik, bahkan diwarnai dengan suasana religius di mana para petani anggur percaya bahwa lahan yang subur tidak terlepas dari anugerah yang Maha Kuasa.

Gubernur Mendoza, Celso Jaque dengan gembira mengundang para Duta Besar dari Buenos Aires untuk ikut merasakan suasana "pesta rakyat" yang sangat dibanggakan penduduk setempat. Diharapkan kota Mendoza akan menjadi tujuan para turis disamping ibukota negara, Buenos Aires.

Keberhasilan para petani anggur di kota Mendoza memiliki sejarah panjang, dimulai sekitar hampir seratus tahun yang lalu ketika para imigran yang datang dari Perancis, Italia, Spanyol, membawa bibit pohon anggur terbaik dari negerinya dan ditanam di tanah Argentina yang subur.

Bersamaan dengan berjalannya waktu, dari tahun ke tahun, pesta rakyat diantara para petani anggur juga mengalami perubahan. Kalau tadinya hanya dengan tari dan musik di sekitar area perkebunan, kemudian berkembang menjadi pesta satu kota Mendoza, maka sekarang lebih dikenal menjadi pesta nasional, karena memang ternyata kota Mendoza mampu mempromosikan acara panen anggur ini menjadi suatu atraksi yang menarik para turis baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Pada awalnya untuk memeriahkan acara panen anggur dipilih seorang pemetik anggur/pekerja wanita yang dianggap cakap dan cekatan dalam pekerjaannya, tetapi dalam perkembangannya sekarang dipilih seorang Ratu yang akan bertugas untuk mempromosikan kota Mendoza ke ajang yang lebih luas, khususnya memperkenalkan berbagai produksi anggur yang merupakan hasil utama dan kebanggaan Mendoza.

Di propinsi yang berpenduduk sekitar 4 juta orang ini, terdapat sekitar 300 Bodega/pabrik anggur, dimulai dari yang masih menggunakan peralatan sederhana sampai yang paling canggih/modern, terbuka untuk dikunjungi para turis yang ingin melihat dari dekat bagaimana proses mengolah dari buah anggur menjadi minuman yang harganya cukup mahal.

Pemilihan para Ratu ternyata cukup unik dan menarik, di mana setiap daerah/wilayah mengirim seorang wakil dan akan diuji oleh tim penguji mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan umum dan pariwisata. Para Duta Besar mendapat kehormatan menjadi Juri dan punya hak untuk ikut memilih.

Hari Jumat tanggal 5 Maret 2010, Gubernur Mendoza, Celso Jaque menyelenggarakan resepsi menerima Rombongan Para Duta Besar dari Buenos Aires menguraikan maksud dan tujuan kota Mendoza menyelenggarakan pesta nasional, dengan bangga mengundang untuk hadir besok pada hari Sabtu Malam menyaksikan atraksi spektakuler di Teatro Griego Frank Romero Day, sebuah teater terbuka yang terletak di bukit, berkapasitas 20.000 orang, dan panggung yang sangat luas bisa menampung sekitar 800 artis penari.

Dijelaskan juga bahwa mengikuti tradisi yang sudah berjalan berpuluh tahun, bahwa para peserta pemilihan Ratu akan tampil dalam pawai keliling kota, pada hari Sabtu tanggal 6 Maret, dimulai dari jam 10.00 dan baru berakhir pada sekitar jam 14.00

Setiap ratu, naik mobil besar terbuka, lengkap dengan "hasil panen" unggulan dari daerahnya, berdiri dan melambai-lambaikan tangannya dan sesekali akan membagi-bagikan hasil panennya, seperti bermacam-macam jenis anggur, melon, pear, olive, apel, dan lain-lain.

Tradisi yang sudah berlangsung berpuluh tahun ini, sangat ditunggu-tunggu oleh penduduk. Mereka penuh antusias menyambut setiap rombongan yang lewat, demikian juga para peserta yang mewakili berbagai macam organisasi kesejahteraan para buruh atau petani, para penunggang kuda yang handal mulai dari anak-anak kecil sampai kakek/nenek.

Puncak acara, adalah terpilihnya seorang Ratu dari daerah Santa Rosa bernama Maria Flor Distefanis, dan urutan berikutnya sebagai pemenang ke-2, adalah Tamara Gisel Otero mewakili daerah Junin. Tahun ini, ada 17 daerah yang masing-masing mengutus satu orang ratu untuk mewakili daerahnya. Lewat tengah malam, diiringi dengan tepuk tangan meriah dan gemerlap kembang api serta musik yang gegap gempita, pesta anggur berakhir diiringi harapan bahwa tahun depan masih akan ada lagi pesta anggur yang lebih meriah.

Ternyata memang sepantasnya disebut Pesta Nasional, karena pada hari-hari tersebut Mendoza menjadi pusat perhatian seluruh negeri dan dihadiri oleh Presiden atau Wakilnya.