Tuesday, October 26, 2010

Kunjungan DWP Brasilia


Sungguh senang kami kedatangan teman-teman istimewa dari DWP Brasilia. Tamasya ke kota tercinta Buenos Aires ini berlangsung selama 5 hari dan penuh dengan saat-saat indah dan menyenangkan. Tiba tepat pada tanggal 29 April 2010, pukul 18.15, Ibu Duta Besar, Ibu Lina Moniaga, beserta rombongan, yaitu Ibu Bintang Vera C Sitorus, Ibu Mina Sujasa, Ibu Nina B Padmanegara dan Ibu Siti Rahayu Ermawan.

Susunan acara dipadatkan sedemikian rupa sehingga rombongan bisa menikmati titik-titik wisata yang paling menarik yang dimiliki kota Buenos Aires. Dalam 5 hari tersebut, kami mengantarkan rombongan ke Casa Rosada, yang merupakan istana presiden berwarna pink salem, dan sempat mengikuti tur kedalam istana. Lalu ke gereja Basilica yang merupakan gereja tertua dan terkenal di Buenos Aires, tidak dilewatkan pula tur wajib ke makam Evita Peron, mantan ibu Negara Juan Domingo Peron, dan juga ke Museo de Evita Peron. Hari-hari selanjutnya yaitu pergi ke La Boca untuk melihat rumah-rumah warna-warni khas Boca “Caminito” juga ke stadion sepak bola dan museumnya utk melihat sejarah persepakbola-an Argentina. Selama sehari penuh rombongan juga diajak tur ke Delta Tigre dan berwisata air mengelilingi delta yang penuh dengan pemandangan menarik. Rute wajib lainnya adalah berbelanja di la Calle de Florida, dimana seluruh turis dari seluruh dunia berkumpul dan membeli macam-macam souvenir dan kerajinan kulit khas Argentina. Satu pengalaman yang juga tidak boleh dilewatkan (walaupun capek setengah mati) adalah menyaksikan tari Tango di Senor Tango, dan akhirnya, walau dengan mata-mata lelah, rombongan dipuaskan dengan sajian tari Tango selama 2 jam yang berakhir pada pukul 1 pagi itu. Di sela-sela jadwal yang padat itu, kebetulan pada saat yang sama Ibu Duta Besar/Ketua DWP kami, Ibu Herawaty Manurung, menyelenggarakan acara perpisahan karena masa tugas suaminya, Bp Sunten Manurung telah berakhir dan akan kembali ke Indonesia.

Demikianlah, walau hari-hari tamasya tersebut sangat melelahkan rombongan, kenyataannya, mereka sangat senang dan ingin kembali lain waktu untuk menjelajah lebih jauh tempat wisata yang bisa ditawarkan Buenos Aires atau Argentina.











Wednesday, October 06, 2010

La Exotica Indonesia


Setelah sempat tertunda, akhirnya pada tanggal 27 April 2010 dengan sukses diselenggarakan malam kesenian di Centro Cultural de Borges, salah satu sasono budoyo yang bergengsi di kota Buenos Aires. Sebelum acara tersebut, diadakan acara seminar dengan tema Tourism Indonesia Update yang dihadiri oleh biro perjalanan dan agen wisata yang berada di Buenos Aires . Pukul 20.15 seminar selesai dan para peserta berikut hadirin lainnya berpindah tempat untuk menikmati suguhan kesenian musik dan tari. Musik gamelan digelar mengawali acara malam itu, berturut-turut oleh para pemain dari keluarga KBRI dan masyarakat Argentina. Sedangkan tari-tarian tradisional yang dipersembahkan adalah tari Topeng oleh Bp Sudiharto selaku guru, sutradara dan juga pemain, lalu tari Rantak dari Sumatra yang dibawakan dengan apik oleh Sintia Laukon, Astrid Wasistyanti, Billy Winangun Kabul, Rully Nurzaman Kabul dan Imaya Ratnasari. Tari Saman dari Aceh yang sangat digemari publik Argentina juga ditarikan dengan sempurna oleh putra-putri KBRI, yaitu Rendy Pangemanan, Sintia Laukon, Astrid Wasistyanti, Billy Winangun Kabul, Rully Nurzaman Kabul , Ratna Chen dan Christian Casal . Terakhir yang tidak kalah memukau adalah pertunjukan sendratari Ramayana yang diiringi gamelan secara 'live' oleh masyarakat Argentina. Yang berlaku sebagai Dewi Shinta adalah Sofia Gonzalez Herrador, sebagai Hanoman adalah Martinus Manurung dan Indrajit oleh Santiago Gaston Vivas Urrejola.

Seusai acara, diluar ruangan telah tersedia berbagai jajanan pasar berupa dadar gulung, kue lapis Surabaya, kue lapis pepe merah putih, risoles dan combro, yang dibuat oleh ibu-ibu keluarga KBRI. Kami sempat kewalahan karena ternyata mereka sangat menyukai jajanan pasar tersebut, walaupu
n jumlah panganan sudah dibuat lebih banyak, namun mereka masih melihat-lihat piring yang sudah kosong. Sembari menikmati jajanan, para hadirin dimanjakan lagi dengan alunan suara merdu Ibu Herawaty Manurung menyanyikan lagu-lagu populer diiringi kesenian musik Arumba, yang dimainkan oleh Bp Sudiharto, Bp Rudy Henryadi dan Sintia Laukon.

Suatu Malam di Jerman


'tiket habis, malah ada 20 masih waiting list..' bisik suami saya. Wow, tidak disangka animo komunitas Jerman di Buenos Aires terhadap budaya Indonesia begitu besar!

Rodolfo Caffaro Kramer (Rudy) adalah asal muasal terselenggaranya Una Noche en Indonesia di Aleman Club, Buenos Aires, pada tanggal 22 April 2010 yang lalu. Peristiwa bom bali tahun 2002 sempat menunda kunjungan beliau ke Indonesia, namun khayalan akan keindahan Indonesia selalu terpendam, dan akhirnya setelah bertemu dengan kawan lamanya, yang tak lain adalah Bapak Sunten Z Manurung, Rudy menawarkan untuk membuat sebuah acara budaya Indonesia di klub tempat ia bergabung tersebut. Tidak tanggung-tanggung, executive chef dan sous chef klub tersebut pun didatangkan ke wisma untuk belajar membuat nasi tumpeng lengkap dengan hidangan pinggirnya.

Ruangan klub yang terletak di lantai 21 dan 22 gedung itupun disulap seolah-olah mereka berada di Indonesia. Dekorasi budaya mulai dari topeng, wayang, foto kota di Indonesia, rumah gadang, hiasan dinding dari batik dan tenun, buku-buku tentang kerajinan dan perhiasan Indonesia sampai pelengkap makanan khas seperti kecap manis, indomie goreng dan saos sambal, hadir melengkapi interior ruangan malam itu.

Acara dibuka dengan pertunjukan gamelan yang kejernihan denting suaranya memukau para hadirin yang sengaja mendekat untuk mengabadikan momen tersebut. Berikutnya adalah makan malam yang diawali dengan soto ayam sebagai entrada dan mini set tumpeng sebagai principalnya. Sebelumnya, kami menjelaskan dulu filosofi dari nasi tumpeng berikut masing-masing hidangan pinggirnya ke para hadirin.

Pertunjukan kesenian pun dilanjutkan dan dibuka oleh tarian Remo yang apik dari Bp Sudiharto lalu suguhan tarian Rantak oleh tiga dara, Sintia Laukon, Imaya Ratnasari dan Astrid Wasistyanti . Setelah itu adalah kesenian Arumba yang membawakan lagu-lagu populer seperti Besame Mucho, Historia del Amor dan juga Mojang Priangan, diiringi oleh lantunan suara merdu dari Ibu Herawaty Manurung. Para hadirin pun ikut berdendang menyanyikan lagu-lagu tersebut dan sempat memberikan standing ovation,, dan teriakan 'otra vez.. otra vez..' pun kerap terdengar. Terakhir kali yang paling memukau adalah pertunjukan tari Saman.

Malam kian larut dan menunjukkan pukul 23.00, para hadirin terakhir disajikan hidangan penutup sembari melihat video dokumenter Indonesia dan mendengarkan beberapa kata dari salah satu member Aleman Club. Para hadirin tampak begitu puas menghadiri acara malam itu, kami mendapat banyak pujian dari para hadirin. Mereka pun pulang dengan banyak kenangan dari Indonesia.