Promosi Terpadu di Tengah Suhu Dingin
foto-foto:SP/Sotyati
Tari Rapa'i Geleng yang dibawakan delapan penari pria dari Sanggar Cut Nyak Dhien Nanggroe Aceh Darussalam mendapat sambutan hangat ketika tampil di International Expo 2007 di Asuncion, Paraguay, Selasa (10/7).
Suhu udara menunjukkan kisaran angka lima hingga delapan derajat celsius di Asuncion, ibu kota Paraguay, Selasa (10/7) siang. Sangat dingin bagi orang-orang yang berasal dari belahan dunia tropis sebagaimana dilaporkan wartawan SP, Sotyati. Itulah yang dirasakan para penari Sanggar Cut Nyak Dhien dari Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam saat itu. Namun, tak ada kata mundur. Siang itu mereka harus tampil di panggung pertunjukan di ajang International Expo 2007, acara tahunan terbesar di Paraguay.
Udara dingin membuat kaki dan tangan terasa kebas. Maklum, mereka sudah melepas sepatu. Mereka akan menyajikan dua tarian tanpa jeda, Rampo dan Rapa'i Geleng, tari tradisional yang dibawakan dengan kaki telanjang, secara maraton,
Di ruang ganti yang sangat sempit, sambil menunggu panggung yang basah sisa hujan malam sebelumnya dibersihkan, para penari mencoba terus bergerak, mengusir hawa dingin. Sebagian melompat-lompat, ada yang bertepuk tangan, ada pula yang bergoyang mengikuti irama lagu yang diputar untuk mengisi waktu.
Penonton, kebanyakan anak usia sekolah dasar sampai sekolah lanjutan, yang mulai memenuhi area panggung pertunjukan, menampakkan wajah penasaran. Busana tari tradisional Aceh yang mencolok memang mengundang perhatian pengunjung expo. Melihat antusiasme penonton, Erna Herlina, Sekretaris III Pensosbud pada Kedutaan Besar RI di Buenos Aires, Argentina, dan stafnya, Rudi Henryadi, langsung mengambil inisiatif untuk tidak menunggu pemandu acara resmi dari panitia expo. Rudi yang fasih berbahasa Spanyol naik ke podium, memandu acara.
Sambutan hangat seusai penari menyelesaikan tari Rampo yang menggambarkan kehidupan nelayan seperti mampu mengusir udara dingin. Gerakan akhir penari perempuan yang membentuk konfigurasi jala dari tali mengundang tepuk tangan panjang. Keterpanaan berlanjut ketika para penari pria langsung menggebrak dengan menampilkan tari Rapa'i Geleng yang sangat dinamis, yang dibawakan Taufiq, Dani Agud, Muhammad Noval, Satria Safirza, Novizal, Rachmad Syukran, Windi Syah Putra, dan Phona Putra Batuah.
Tarian itu menuntut kekompakan. Gerakan utama terletak pada gerakan gelengan kepala dan gerakan menabuh rapa'i. Salah gerak, bisa berbenturan, seperti dialami Novizal dan Satria Safirza dalam pementasan sebelumnya di Argentina, penggal awal Juli.
Sambutan hangat semakin terasa ketika beberapa penonton mulai melangkah ke ruang ganti. Dengan menggunakan bahasa isyarat, mereka meminta berfoto bersama. Walhasil, acara berfoto bersama penonton itu mengambil waktu sama dengan waktu mementaskan dua tarian. Cuaca dingin yang menyadarkan penari untuk segera membungkus badan dengan jaket hangat, memakai sepatu, dan beristirahat di Pavilion Indonesia.
Hal yang tak terduga terjadi. Beberapa gadis Asuncion ternyata mengejar penari hingga ke Pavilion Indonesia. Mereka meminta berfoto bersama, meminta tanda tangan. Seorang gadis cantik bahkan meminta cium pipi Muhammad Noval, salah satu penari yang sejak awal pementasan rupanya mencuri perhatian para gadis remaja itu.
Penonton naik ke panggung pertunjukan di International Expo 2007 di Asuncion, Paraguay, untuk berfoto dengan para penari tari tradisional Aceh dari Sanggar cut Nyak Dhien yang tergabung dalam acara Promosi Terpadu Indonesia ke Argentina, Paraguay, dan Cile.
Penerbitan Prangko
Pembukaan Pavilion Indonesia di expo internasional itu dilakukan Senin (9/7) waktu setempat. Duta Besar RI untuk Argentina, Paraguay, dan Uruguay Sunten Z Manurung, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Departemen Luar Negeri RI Eddi Hariyadhi, serta Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, sebagai "tuan rumah" pada acara itu, mendapat tamu kehormatan Wakil Menteri Luar Negeri Paraguay Federico Gonzales Franco, yang juga mentan Duta Besar Paraguay di Indonesia brkedudukan di Korea Selatan. Hadir pula Direktur Jenderal Politik Kementerian Luar Negeri Paraguay Ceferino Valdoz.
Pembukaan pavilion juga ditandai dengan penerbitan prangko peringatan 25 tahun hubungan kedua negara, walau hubungan resmi diplomatik selama ini masih ditangani langsung Kedutaan Besar RI di Argentina. Peresmian penerbitan prangko dilakukan oleh Dirjen Postel Paraguay, Atilio Viera Ruiz Diaz.
Expo internasional di Asuncion itu diikuti 19 pengusaha aktif Indonesia dan 10 pengusaha pasif, yang hanya mengirimkan brosur, booklet, dan contoh produk. Sebagian besar peserta pameran akbar dari Indonesia itu adalah pengusaha cenderamata, garmen, dan furnitur. Dirjen Eddi Hariyadhi berharap acara promosi terpadu bidang politik, ekonomi, dan budaya yang menampilkan seni trai tradisional Nanggroe Aceh Darussalam yang dilaksanakan di Argentina, Paraguay, dan Cile itu, bisa membuka pasar baru selain pasar yang selama ini dikenal, yakni Amerika dan Eropa Barat.
Adriana Hermin Mala, Kasubdit I Direktorat Amerika Selatan dan Karibia Departemen Luar Negeri RI, yang termasuk dalam delegasi Promosi Terpadu Indinesia kali ini, mengatakan celah lebar mulai terbuka. Ia mencontohkan, dua pengusaha Paraguay tertarik bekerja sama dengan perusahaan rokok dan perusahaan kopi Indonesia.
Satu-satunya tantangan berat yang dilalui tim promosi itu, terutama oleh peserta expo, adalah suhu udara yang sangat fluktuatif, yang menyurutkan langkah orang mengunjungi pameran akbar itu.
Sumber Suarapembaruan http://www.suarapembaruan.com/last/index.html