Sunday, January 24, 2010

Selamat memasuki Arroyo 863

Di kawasan yang teduh, nyaman, dipenuhi pepohonan rindang, tepat di tengah daerah pemukiman kalangan menengah atas, Bapak Yanuar dan Ibu Imaya menjatuhkan pilihan untuk mendiami sebuah apartemen dengan alamat Arroyo 863, berada di lantai 8.

Sebuah tempat tinggal, di mana penghuninya akan diharapkan dapat beristirahat setelah letih beraktifitas di luar rumah, tentu bukan perkara mudah mendapatkannya. Banyak pertimbangan yang perlu diperhatikan, dimulai dari harga yang terjangkau sesuai dengan peraturan dari kantor, daerah yang aman, jarak yang masih bisa dihitung dengan bilangan menit, dan juga fasilitas yang didapat atau yang disediakan si empunya rumah, dan masih banyak lagi hal-hal yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap orang.

Bapak Yanuar dan Ibu Maya meluangkan sekitar 2 bulan mencari seperti yang ada dalam angan mereka, dan kalau akhirnya pilihan jatuh pada Arroyo 863, tentu ini adalah yang terbaik dan diharapkan akan menjadi tempat yang menyenangkan untuk beberapa tahun ke depan sesuai dengan masa penugasan di KBRI Buenos Aires, Argentina.

Menjadi Fungsi Penerangan menggantikan Ibu Erna Herlina yang sudah pulang ke tanah air bulan Juli 2009 yang lalu, Bapak Yanuar Nasrun menjalankan penugasan yang pertama kali setelah mengikuti program Sekdilu beberapa tahun yang lalu. Didampingi istri, Ibu Imaya Ratnasari, mereka adalah pasangan muda yang akan mengisi hari-hari mendatang dengan berkarya dan menjadi bagian dari keluarga besar KBRI Buenos Aires, Argentina.

Hari Sabtu yang cerah, 23 Januari 2010, Bapak Yanuar Nasrun menyampaikan sambutan maksud dan tujuan kepada yang hadir memenuhi undangannya. Dubes RI di Argentina, Bapak SZ Manurung beserta keluarga mewakili seluruh jajarannya memenuhi undangan Makan Siang sebagai tanda ungkapan rasa syukur menempati rumah baru.

Disampaikan oleh Bapak Dubes bahwa acara yang dikenal sebagai "house warming" ini merupakan suatu kebiasaan yang sangat baik, bahwa sudah sepantasnya bersyukur bilamana seseorang mendapat tempat hunian yang baru, dan mohon doa agar senantiasa sehat walafiat menempatinya sehingga segala tugas dan pekerjaan dapat berlangsung dalam lindungan-Nya.

Hidangan Nasi Hainan, beserta aneka lauk pauk, sup dan bermacam2 buah dan kue-kue, memenuhi meja makan yang sudah ditata rapih oleh sang empunya rumah. Sungguh suatu kegembiraan untuk semua yang datang memenuhi undangan menghadiri acara syukuran ini.

Sebelum acara makan, Bapak Waridin berkenan memanjatkan doa untuk keselamatan semua yang hadir, khususnya penghuni tetap di rumah Arroyo 863, Bapak dan Ibu Yanuar, semoga selalu sehat sejahtera dan dapat berkarya sebaik-baiknya selama berada di Argentina.







Friday, January 22, 2010

Perpisahan dalam keluarga besar KBRI Buenos Aires

Bapak Minto Hardjono dan Bapak Waridin menjadi bagian dari Keluarga Besar KBRI Buenos Aires tidak genap satu tahun, tepatnya 9 bulan sesuai tugas yang diberikan Diknas untuk mengajar Bahasa Indonesia di Universitas di Buenos Aires, sebagai realisasi hubungan kerja sama antara Indonesia dan Argentina dalam bidang pendidikan.

Dikenal sebagai "Pahlawan tanpa tanda jasa" demikian profesi yang ditekuni oleh mereka, maka dalam waktu dekat beliau berdua kembali berkarya mengajar bahasa Indonesia ditempat yang selama ini sudah sangat dicintainya.

Drs. Minto Hardjono MM., demikian nama lengkapnya, akan kembali menjadi Guru Bahasa Indonesia di SMAN I Cisauk, Tangerang. Sedangkan Bapak Waridin, S.Pd. M.Hum kembali menjadi pengajar bahasa Indonesia di SMAN 81 DKI Jakarta.

Lain dari biasanya, acara perpisahan di Aula KBRI lantai 3, diadakan pada siang hari, Kamis tanggal 21 Januari 2010. Acara yang dirancang sederhana dan khidmat ini penuh dengan canda dan tawa karena ternyata Bapak Waridin punya selera humor yang sangat tinggi. Ucapan perpisahan yang biasanya bisa memancing suasana haru, berubah menjadi menggembirakan mendengar 'pantun-pantun' hasil karya spontanitas yang menunjukkan suasana batin beliau.

Demikian juga Bapak Minto Hardjono, yang dikenal punya hobby melanglang buana, menjelajah wilayah di sekitar Argentina, sampai ke Bolivia, Peru, Colombia dan berbagai kota kecil di sekitar Amerika Latin. Sungguh pengalaman yang sangat berharga untuk beliau yang akan menambah rasa cinta kepada alam. Tidak cukup waktu untuk mendengarkan uraian berbagai cerita menarik yang dijumpainya dalam berbagai kesempatan, tetapi satu hal yang pasti adalah rasa puas dan sangat menghargai kesempatan bisa berkarya di antara orang-orang Argentina untuk belajar bahasa Indonesia.

Untuk Bapak Minto Hardjono dan Bapak Waridin, pengalaman mengajar Bahasa Indonesia di Universidad Catolica Argentina (UCA) dan juga di Escuela Primaria Basica No 146 Republica de Indonesia di Ciudad Evita, Propinsi Buenios Aires akan menjadi kenangan yang tidak terlupakan.

Sekolah Indonesia di Buenos Aires, yang dibentuk setelah kunjungan Presiden Indonesia yang pertama yaitu Presiden Sukarno ke Argentina, tergolong salah satu Sekolah yang cukup bagus kualitasnya, dan disini Bapak Minto beserta Bapak Waridin mendapat kesempatan mengajar Bahasa Indonesia kepada murid-murid kelas V dan VI. Sebagai Sekolah Negeri yang menyandang Nama Indonesia dan punya hubungan historis yang sangat kental dengan Indonesia, maka di sekolah ini segala pengetahuan yang berhubungan dengan Indonesia selalu menjadi perhatian utama. Para guru dan murid-murid yang banyak berhubungan dengan Bapak Minto dan Bapak Waridin dalam kurun waktu tersebut sangat kehilangan dan berharap akan ada kesempatan untuk berjumpa lagi, kelak mungkin di Indonesia, demikian harapan mereka.

Orang ketiga yang juga diperpisahkan adalah Sdri. Eva Nur Desianti. Cuma berada 3 (tiga) bulan di lingkungan KBRI Buenos Aires, dalam kapasitasnya sebagai Diplomat muda yang menjalankan tugas magang, melengkapi program yang dijalankan Kemlu untuk menjadikannya seorang Diplomat yang andal.

Masih muda dan sangat energik, Sdri. Eva sangat beruntung mendapat kesempatan bergabung dalam ISEN (Instituto Servicio Exterior de la Nation), yaitu jenjang Pendidikan calon Diplomat yang diselenggarakan oleh Kemlu Argentina. Semua program dalam bahasa Spanyol yang secara tidak langsung memacu Sdri. Eva untuk menjadi lebih aktif dan terlibat langsung dalam semua pengetahuan mengenai Amerika latin. Tentu pengalaman bergaul secara langsung dengan calon diplomat orang-orang Argentina dan belajar tentang budaya Amerika Latin di negeri asalnya merupakan suatu pengalaman sangat berharga untuk Sdri. Eva. Semua ini dituangkannya dalam kata-kata perpisahan yang akan lama dikenang.

Sebagai penutup, Dubes RI di Argentina Bapak SZ Manurung menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan atas semua karya yang sudah dipersembahkan oleh para guru dan juga diplomat muda yang mengaplikasikan kemampuannya di bidang masing-masing. Semua yang dilakukan untuk menambah keharuman nama dan bangsa Indonesia di mana pun kita berkarya. Tidak lupa disertai harapan akan memperoleh sukses lebih besar lagi di masa mendatang serta melupakan dan memaafkan bilamana ada kekhilafan yang tidak disengaja tentunya.

Menjadi lebih lengkap lagi acara perpisahan ini, dengan menyampaikan hadiah, cendera mata, apapun namanya, yang intinya adalah suatu kenangan yang akan dibawa pulang ke Indonesia, tanah air tercinta disertai doa akan segera berjumpa lagi.

Thursday, January 21, 2010

Membawa nama Indonesia di ajang Rally Dakar

Rally Dakar 2010 baru saja selesai, panggung perayaan yang digelar di area Rural pada hari Minggu tanggal 17 Januari yang lalu meninggalkan gegap gempita kegembiraan luar biasa untuk rakyat Argentina. Untuk pertama kali dalam sejarah olahraga otomotif Argentina, 2 (dua) bersaudara Marcos dan Alejandro Patronelli keluar sebagai juara pada salah satu kategori kendaraan yang dilombakan dalam Rally Dakar ini, yaitu Quad, jenis motor dengan roda 4 setelah menempuh jarak sekitar 9000 km. Gubernur Buenos Aires, Daniel Scioli menyatakan dengan bangga bahwa kemenangan Patronelli bersaudara ini merupakan peristiwa bersejarah melengkapi berbagai kejuaraan dalam dunia olahraga yang dicapai Argentina.

Rally Dakar atau Rally Paris-Dakar, dimulai dari Paris ke Dakar di Afrika dan sudah dikenal dunia selama 30 tahun, tetapi sejak setahun yang lalu dengan berbagai alasan antara lain soal keamanan di Afrika, maka dipindah beralih ke wilayah Amerika Latin. Sekarang Rally ini menempuh wilayah Argentina dan Chili, tetapi tetap mempertahankan reputasinya sebagai ajang reli paling ganas di dunia, berhari-hari melewati gurun pasir yang panas, jalanan berbatu dan terjal, jalan berpasir tebal, jalan tanah berdebu, dll. Direncanakan memakan waktu sekitar 17 hari, dimulai secara resmi di panggung besar yang terbentang di tengah kota, di jalan 9 de Julio pada hari Jumat tanggal 1 Januari 2010 disaksikan sekian ribu orang suporter dan anggota keluarga penggemar otomotif. Jenis kendaraan yang ikut Rally Dakar kali ini adalah Mobil, Truk, Quad dan Motor dan dengan mudah dapat dilihat berbagai jenis kendaraan dengan merk yang sudah terkenal di dunia, dibawakan oleh pereli yang sudah punya reputasi dunia juga.

Kasih Hanggoro

Dikenal sebagai penggiat olahraga otomotif Indonesia, dosen Universitas Budi Luhur, sekaligus Ketua Badan Pelaksana Harian Yayasan Budi Luhur. Pengalaman bergelut dengan dunia otomotif punya sejarah panjang. Malang melintang menjadi Wakil Ketua Harley Davidson Owner Group (HOG) membuatnya sudah banyak menjalani berbagai medan di Indonesia, bahkan sampai menjajal ke Malaysia, Kamboja, Thailand, Tibet, Australia, Perancis dan berbagai negara-negara di Eropa.

Sebagai mantan pembalap kelas Retro Touring Car musim 2009, Kasih Hanggoro punya tekad membawa nama Indonesia ke ajang Rally Dakar. Ada keinginan untuk membuktikan pada dunia internasional bahwa Indonesia juga mempunyai pembalap yang bisa ikut ambil bagian pada Rally paling bergengsi di dunia ini.

Belum pernah ada pembalap Indonesia yang ikut dalam Rally Dakar 'Single Seater Car' yaitu mobil bertipe satu tempat duduk. Kasih Hanggoro menggunakan mobil 'McRae' milik tim ProDakar, satu tempat duduk, berarti tanpa navigator, dan akan dipandu oleh GPS. Namun GPS dalam olahraga ini berbeda karena sistem perintahnya berdasarkan angka-angka. Ini berarti dibutuhkan konsentrasi tinggi untuk bisa menjalani perintah dengan benar dan sampai ke tujuan yang sudah ditetapkan. Mobil ini tergolong mobil baru yang dirancang khusus untuk Rally Dakar, dan sebelumnya sudah pernah dicoba di kawasan berpasir di Perancis Selatan. Di pintu mobilnya tertulis angka 360 menunjukkan nomor urut semua mobil dimulai dari 300 sampai 440.

Sebagai satu-satunya orang Indonesia yang ikut bergabung menjadi bagian dari kelompok McRae dari Belanda, di atas panggung Kasih Hanggoro berteriak lantang 'INDONESIA!' sambil mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada acara pelepasan yang diliput sekitar 180 siaran TV dan 300 wartawan yang akan menyiarkan ke seantero dunia.

Lebih dari 20 tahun yang lalu, pada tahun 1989-1990 pernah tercatat pereli Indonesia Tinton Suprapto bersama Dali Sofari dan Richard Hendarmo berpartisipasi pada Rally yang masih disebut Paris-Dakar, namun mereka gagal, sulit untuk bisa menaklukkan lintasan gurun pasir Afrika yang berhawa panas.

Dan sekarang, meski Kasih Hanggoro belum dapat mengikuti Rally sampai selesai, nama Indonesia tercatat satu dari sekian ratus pereli dunia dan membawa pulang kenangan serta pengalaman yang sangat berharga yang diharapkan dapat diaplikasikan pada dunia otomotif di Indonesia kelak.




** Special photo credit ALEJANDRO PAGNI/AFP/Getty Images

Monday, January 18, 2010

Republik Uruguay

Republik Uruguay terletak di benua Amerika Selatan. Terlihat kecil, di bagian selatan Brazil yang sudah terkenal ke seluruh dunia. Di bagian barat berbatas dengan Argentina, di selatannya dengan Rio de la Plata dan di sebelah timur terbentang Samudra Atlantic yang luas.

Negeri kecil ini berbahasa Spanyol, jumlah penduduk sekitar 3,7 juta jiwa menurut sensus tahun 2008. Dikenal dengan pantainya yang cantik di sepanjang kota Montevideo, menjadi tujuan para turis yang datang dari berbagai negara untuk berjemur, menikmati pemandangan laut biru pada setiap musim panas.

Perekonomian Uruguay terus menunjukkan pertumbuhan positif, negara yang sudah merdeka pada tahun 1825 ini dikenal aman dan tenteram, sebagian besar penduduknya adalah keturunan Spanyol, Italia dan suku yang disebut Mestizo, yaitu campuran Spanyol dengan Indian. Tata kota yang apik serta bangunan tua dengan sentuhan arsitek gaya Eropa berpadu dengan indahnya alam, sungguh merupakan daya tarik untuk datang berkunjung ke negeri ini.

Dari Buenos Aires, kalau menggunakan pesawat terbang hanya dibutuhkan waktu sekitar 50 menit, oleh karena itu berkunjung ke Uruguay lebih bisa dinikmati dengan menggunakan "Buquebus", yaitu Kapal Pesiar yang dilengkapi sarana untuk membawa kendaraan/mobil untuk dipakai berkeliling di kota Montevideo.

Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam dari Buenos Aires menyeberangi Rio de la Plata, ombaknya tenang, lagi pula di kapal selain tersedia "coffee shop" ada juga toko bebas pajak yang menjual berbagai produk dari berbagai negara layaknya sebuah "mall" kecil, sehingga para penumpang tidak terasa mengisi waktunya sambil berkeliling. Selama musim panas, Buquebus menambah jumlah armadanya yang pulang pergi ke Uruguay untuk memenuhi kebutuhan turis yang berkunjung ke negeri itu.

Hari Sabtu yang cerah, tanggal 9 Januari 2010, Ibu Herawaty Manurung mengajak Ibu Dewi Johni Kabul, Ibu Imaya Yanuar, Sdri. Eva dan Ibu Sainten beranjang sana ke Montevideo. Bapak Waridin sebagai satu-satunya pria yang menjadi pengawal para Ibu menikmati perjalanan ini. Buquebus berangkat dari terminal keberangkatan di Buenos Aires jam 08.00 pagi dan tiba di kota Montevideo jam 11.00 dilanjutkan dengan "city tour" mengunjungi tempat-tempat yang selalu dikunjungi para turis, berkeliling kota dan berfoto ria di tempat yang bersejarah, mengunjungi toko-toko khusus yang menawarkan suvenir atau cenderamata khas Uruguay.

Menikmati wisata satu hari penuh terasa sangat singkat, tidak terasa kami harus meninggalkan pelabuhan kota Montevideo jam 21.00 dan hampir tengah malam kami tiba dengan selamat di rumah masing-masing. Sungguh suatu kunjungan yang sangat berkesan dan akan lama dikenang.

Meski nama Montevideo sebagai ibukota Uruguay terasa asing untuk telinga kita pada awalnya, tetapi di kota ini sekarang ada 30 anak-anak Indonesia yang belajar untuk menjadi pemain bola secara profesional. Dalam sejarah olahraga sepak bola, Uruguay pernah berjaya, menjadi Juara Dunia dan kebesaran nama itu masih dirasakan sampai sekarang ini.





Monday, January 11, 2010

Pertemuan Anggota dan Arisan Januari 2010

Dharma Wanita Persatuan
KBRI Buenos Aires - Argentina
UNDANGAN
Nomor : UND. 01/DWP KBRI BS AS/I/2010


Dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk menghadiri Pertemuan Anggota dan Arisan yang akan diselenggarakan pada:

Hari:Rabu, 13 Januari 2010
Tempat:Ruang Serba Guna KBRI Buenos Aires Lt. III
Jl. Mariscal Ramon Castilla 2901, Buenos Aires
Waktu:Jam 13.00 Bs.As, - selesai
Hari:- Pertemuan Bulanan
- Arisan



Catatan:Untuk yang ikut Arisan diharapkan tidak lupa membawa uang Arisan dan jika berhalangan hadir mohon uang Arisan tersebut agar dapat dititipkan.

Atas perhatian Bapak / Ibu / Saudara / Saudari kami mengucapkan terima kasih.


Buenos Aires, 11 Januari 2010


Ny. Herawaty S. Manurung
Ketua

Monday, January 04, 2010

Kunjungan Bapak dan Ibu Akbar Tanjung

Di penghujung tahun 2009, Bapak Akbar Tanjung dan Ibu menyediakan waktu untuk mengunjungi teman sekaligus kolega beliau yang menjabat sebagai Duta Besar di Chile, Bapak Ibrahim Ambong. Kunjungan ini sudah lama tertunda karena berbagai kesibukan di tanah air, dan tentu saja menjadi lebih lengkap kalau sekaligus berkunjung ke Argentina.

Sebagai mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) pada era pemerintahan Presiden Soeharto, sekaligus pencinta olahraga sepak bola, nama negara Argentina yang diusung pemain terkenal "Maradona" ke seluruh dunia termasuk dalam angan beliau untuk suatu saat dikunjungi.

Keinginan untuk melihat dari dekat stadium "La Boca" tempat dimana Maradona mengukir prestasinya menjadi tujuan utama untuk kunjungan kali ini. Bapak Akbar Tanjung dan Ibu sangat terkesan melihat secara langsung "Musium Bola", dimana tercatat secara rinci seluruh sejarah perkembangan sepak Bola sejak tahun 1930-an lengkap dengan nama, foto dan prestasi yang dicapai setiap pemain.

Keadaan kota Buenos Aires juga sangat menarik dalam pengamatan Bapak dan Ibu Akbar Tanjung. Kondisi taman yang luas disertai perawatan yang teratur oleh dinas Tata Kota, membuat setiap orang dapat menikmati keindahan pohon-pohon yang tumbuh subur menghijau yang sekaligus berfungsi sebagai paru-paru bagi penduduk kota Buenos Aires.

Keluarga Besar KBRI Buenos Aires mendapat kehormatan, menerima kunjungan Bapak dan Ibu Akbar Tanjung pada tanggal 27 Desember 2009 yang lalu. Hampir semua warga masyarakat Indonesia yang baru pernah bertemu, berkenalan dan sekaligus bisa saling bertukar sapa, merasakan ada hubungan emosional yang dekat dengan mantan ketua DPR yang pernah sangat populer pada zamannya. Suasana makan malam di Wisma Duta terasa hangat seperti layaknya jumpa sobat lama. Popularitas Bapak Akbar Tanjung sebagai salah satu tokoh politik yang sukses dalam karirnya di Pemerintahan menumbuhkan rasa ingin mengenalnya secara langsung.

Pendiri Akbar Tanjung Institute ini, Pascasarjana Doctoral dari Universitas Gajah Mada masih tetap berkiprah dalam dunia politik yang sudah digeluti sejak menjadi mahasiswa di Fakultas Tehnik Universitas Indonesia. Demikian juga pendamping beliau, Ibu Krisnina Akbar Tanjung, selain pernah dikenal sebagai Ketua yayasan Jantung Indonesia, Ibu Nina juga pemerhati yang memiliki kepedulian sangat tinggi untuk melestarikan berbagai budaya di Indonesia. Sebagai putri Solo yang terkenal dengan kekayaan budaya yang perlu tetap dipertahankan, Ibu Nina Tanjung punya komitmen untuk berjuang memajukan para pengrajin batik yang masih perlu mendapat bimbingan.

Untuk Ibu Nina Tanjung, negara Argentina tidak bisa dilepaskan dari peran Evita Peron, seorang wanita yang memiliki ambisi untuk berjuang mencapai kemajuan pada zaman itu dan berusaha untuk berdiri sejajar dengan kamu pria. Peran Evita Peron memang banyak memberi inspirasi bagi kaum wanita, dan Ibu Akbar Tanjung sangat tertarik untuk berkunjung melihat musium yang bisa memberi gambaran kehidupan Evita Peron di masa perjuangannya. Kunjungan ke "Museo Evita Peron" di Calle Lafinur memberi gambaran lebih jelas lagi bagaimana sosok Evita Peron yang menjadi lagenda bagi perjuangan wanita pada umumnya.

Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui, demikian kata pepatah. Bapak dan Ibu Akbar Tanjung yang sudah terbang begitu jauh meninggalkan tanah air melengkapi kunjungannya melihat dari dekat Air Terjun Cataratas, Iguazu. Sebagai salah satu keajaiban dunia, Air Terjun yang terletak di perbatasan 3 negara, Argentina, Brazil dan Paraguay ini mengundang decak kagum, betapa dahsyatnya karya Sang Pencipta.